Thursday, 8 May 2014

METODE PENANGKARAN : INBREEDING



Inbreeding. Digdaya Bird Keeping sedang mencoba untuk mengkaji penerapan inbreeding di Padepokan Bala6. Selama ini kami sebagai penangkar murai batu sering ragu untuk mengambil sikap dalam soal Inbreeding. Keraguan itu bermula pada bagaimana untung dan rugi dari inbreeding itu sendiri ?  Sampai mana batasan boleh dan tidaknya? Bagaimana cara yang benar melakukannya? Sebelum menjawabnya kita harus mengerti dulu apakah itu inbreeding.


Dari beberapa referensi yang kami baca Inbreeding adalah sistem perjodohan dimana indukan diambil dari individu yang sedarah seketurunan atau perkawinan antar anggota kluarga. Tujuan Inbreeding adalah untuk memaksimalkan kelebihan satu atau beberapa karakter unggul dari suatu keluarga. Metode ini sudah di gunakan oleh banyak peternak burung unggulan dan burung juara di dunia breeding untuk meningkatkan kualitas burung hasil tangkaran mereka. Yang terjadi dalam inbreeding adalah ketika 2 burung sedarah ditangkarkan, genetika unggulan akan makin kuat (makin murni). Dilain sisi ada konsekwensi dari Inbreeding yaitu genetika kelemahannya juga akan makin kuat pula. Kelemahan yang yang dimaksud adalah: 
1. Menurunnya immunitas 
2. Menurunnya fertilitas 
3. Menurunnya daya adaptasi terhadap pengaruh cuaca.  
4. Postur tubuh yang cendrung mengecil 
5. Tingkat harapan hidup yang rendah 
6. Harapan usia yang memendek
7. Penyimpangan pada kondisi fisiologis (kondisi fisikal).


Dengan resiko degradasi pada beberapa kualitas alami diatas, sebelum berkomitmen untuk menempuh jalan ini, maka seorang breeder harus punya visi yang jelas mengenai apa yang menjadi tujuan dari Inbreeding. Beberapa cita-cita yang sempat saya rekam dalam inbreeding murai batu diantaranya yaitu: “ Menghasilkan murai batu unggulan dalam hal ekor yang makin panjang dari indukan masternya dengan peningkatan kualitas pada volume suara“ atau “Mengasilkan muraibatu unggulan dengan karakter fighter nagen disatu titik dengan gaya main sujud/dlosor/hormat juri yang konsisten” dsb.  

Untuk mencapai cita-cita murai batu ideal sesuai tujuan inbreeding yang sudah ditetapkan diawal tersebut, seorang breeder harus sudah tahu dengan mendalam mengenai karakteristik burung ideal idamannya. Beberapa karakter penting tersebut adalah: postur dan ukuran tubuh (katurangga), warna, gaya dan suara (untuk burung kicau.) Breeder juga harus punya mata yang tajam bukan hanya untuk menilai katurangga saja tapi juga dalam mengenali potensi individu burung untuk ditangkarkan begitu dia melihat burung tersebut. 

Jadi syarat utama yang sangat mendasar  untuk melakukan Inbreeding adalah breeder harus punya Indukan awal yang memenuhi syarat secara kualitas (SUPERIOR) dalam genetikanya. Dan juga menunjang secara kuantitasnya, agar bisa didapat pola inbreeding yang memenuhi syarat variasi genetiknya. Breeder juga harus memahami bahwa Inbreeding bukanlah berhenti pada tujuan menghasilkan individu burung yang sama dengan indukan master tapi untuk meningkatkan kelebihan karakteristik indukan master tersebut pada burung keturunannya.

Perlu dipahami juga, bahwa dalam proses menciptakan trah galur murni murai batu unggulan lewat jalur inbreeding akan memakan waktu yang cukup lama untuk melihat hasil akhirnya.


Step by Step Inbreeding sbb:
Step 1. Out Breeding Poligami : Jantan Master x Betina 1, Betina 2, Betina 3 dst
Begitu Breeder memasangkan pejantan dengan 1 atau beberapa betina (sebaiknya poligami), dia harus mencatat, mengamati perkembangan atas genetika unggulan yang menjadi incarannya sampai individu yang dihasilkan tersebut dirasa cukup matang/dewasa untuk dievaluasi dan diseleksi atas yang terunggul dan menyisihkan yang kurang maksimal.
Step 2. In Breeding :Antar Saudara Tiri : F1 dari Betina 1 x F1 dari Betina 2 / Betina 3 dst
Individu hasil dari pasangan-pasangan di step 2 ini juga perlu di seleksi saat dewasa
Step 3. Line Breeding Kakek/Nenek dengan Cucu : F2 dari step 2 x Jantan Master / Betina Master
Biasanya individu hasil step 3 ini akan menghasilkan individu yang karakteristik unggulan yang melebihi Indukan Master.

Setelah didapat kestabilan pada karakter unggulan yang menjadi tujuan awal inbreeding pada kombinasi beberapa pasangan di level F3 ini, akan lebih mudah untuk menjaga kualitas unggul dari trah kluarga ini. Bisa dicoba beberapa variasi pasangan lain seperti : Paman x Keponakan, antar saudara sepupu dan sebagainya. Ingatlah selalu untuk mencatat dan menghimpun informasi secara detail dan terstruktur agar tidak terjadi kebingungan yang menyesatkan dikemudian hari. 


Setelah beberapa generasi ada masanya untuk meyilangkan anggota keluarga ini dengan dengan individu dari luar atau disebut sebagai cross breeding. Kenapa? Karena individu generasi terakhir pada kluarga inbreeding, selain genetika unggul yang makin murni dan menguat, maka genetika kelemahannya juga makin tebal. Sehingga perlu disuntikkan genetika dari keluarga lain sebagai pengisi/penutup lubang kelemahan yang tercipta dari metode Inbreeding.


Jangan memasangkan jantan dan betina yang menetas dari satu tarangan sarang (saudara kandung).


Pasangan saudara kandung ini memiliki kesamaan genetika yang terlalu dekat. Bisa memperkuat secara langsung genetika kelemahan indukan asal. Sering terjadi penyimpangan bentuk tubuh yang radikal. Untuk itu poligami indukan master sangat dianjurkan dalam inbreeding. Pola Inbreeding saudara kandung Ini sering diterapkan pada breeding ayam serama.

Hasil akhir yang sebenarnya sangat diharapkan oleh semua breeder adalah apabila pada satu titik level breeding tertentu didapatkan individu-individu “Copy Machine”. Artinya didapatkan individu yang apabila dipasangkan dengan jantan/betina asal mana saja akan menghasilkan  keturunan dengan sifat unggul yang stabil dan persis mendekati indukannya. Indukan “nyetak” seperti ini disebut sebagai indukan Pre-Potency. Bagi seorang Breeder, Pre-Potency inilah karakteristik terpenting yang harus dipunyai dari seekor burung. Sayangnya individu seperti ini sangat langka di dunia breeding burung. 


Bagaimanapun, Inbreeding adalah salah satu metode penting dalam metode pemuliaan genetik burung.  Pilihan untuk menggunakannya tergantung pada ambisi dan tujuan penangkaran seorang breeder dan pertimbangan atas resiko yang sudah diprediksi sebelumnya. DBK PB6 sedang mempertimbangkan metode ini untuk diterapkan pada breeding MB ekor panjang.

Untuk metode Inbreeding DBK PB6 saat ini baru berada pada tahap awal di Step 1 dengan program poligami untuk jantan Young Gun (25 cm) dan Jantan Gurkha (25 cm) dengan beberapa betina trah ekor panjang.

Pasangan i. YG x  F2 SSko ii. YG x TN237  iii. YG x Karbalas
Saat ini sudah dihasilkan 2 betina F1i 

Young Gun (25cm) adalah F1 dari MB master bernama X-Urang (26.5cm) saat ini sedang berada dalam jalur poligami inbreeding dengan 2 betina anakan dari MB bernama Tanpa Nama yang juga F1 dari MB X-Urang.
Jadi pola inbreeding yang digunakan adalah F1 x F2 : Paman vs Keponakan.
Line Breeding antara Young Gun dengan Digdaya YG 01 anaknya

Artikel diatas disadur dan diterjemahkan secara bebas dengan intepretasi sendiri dari artikel berjudul :
Inbreeding - To Do or Not To Do? By Willie Wilsson C. Nepomuceno
http://www.thehouseofpetsvetclinic.com/inbreedinginbirds.htm