Tuesday, 19 May 2015

MURAI BATU MARIKE

Murai batu Marike sering disebut oleh sebagian maniak murai batu Medan sebagai Kopasus nya murai batu Bahorok. Entahlah apakah memang demikian halnya kenyataan yang memang berlaku dikalangan pemikat murai batu disana, tapi rata-rata murai batu Marike yang saya sempat temui di di Pulau Jawa punya keistimewaan pada volume suaranya yang kencang sekali. Dibandingkan dengan murai batu Bahorok, penampakan murai batu Marike biasanya lebih ramping dengan dengan ekor yang panjangnya sedang.
MB Marike bernama DEWANDARU

Wilayah Marike sendiri bisa dibilang salah satu sub habitat murai batu yang yang tersambung dengan habitat murai batu bahorok. Hutan di Marike masih berada dalam lingkup wilayah hutan konservasi yang dikelola oleh Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser. Wilayah Marike yang masih termasuk dalam administrasi kecamatan Salapian Kabupaten Langkat ini  berada sekitar 75 km jaraknya dari kota Medan. Secara demografis wilayahnya di huni oleh suku Karo walupun berdasarkan Sensus 2007 terdapat lebih banyak orang Jawa yang awalnya mengisi lapangan pekerjaan perkebunan disana sejak zaman Belanda. Hutannya mirip dengan yang ada di wilayah Bahorok dan sebagian besarnya berada disekitar DAS Sei Wampu. Kondisi Sei Wampu sendiri saat ini sudah sangat memprihatinkan, konversi lahan yang pesat dari hutan alam menjadi perkebunan. Jenis hutan tropis di Marike didominasi oleh berbagai jenis Dipterocarpaceae, dan hutan primer tumbuhan campuran dari berbagai famili lainnya. Wilayah Marike merupakan habitat dari mamalia, burung, reptil, ampibi, ikan, dan invertebrata. 

Kawasan ini juga merupakan habitat burung. Diprediksi 36 jenis burung endemik di Sundaland, dapat ditemukan di kawasan ini. Dari 129 spesies mamalia besar dan kecil di seluruh Sumatera, 65% di antaranya berada di kawasan ini. Selain itu potensi Air panas, air terjun, Gua, “ blang “, bentukan alam


Cukup lama Padepokan Bala6 berburu MB Marike untuk di tangkarkan sebagai indukan ring Digdaya. Hanya saja mencari murai batu yang asal usulnya jelas dan bisa diverifikasi adalah sebuah pekerjaan tambahan yang luar biasa menantang. Seperti biasa kami memulai dengan mencari indukan murai batu betinanya dulu. Sebisa mungkin indukan betina adalah mb hasil tangkaran. Akhirnya dari rekan peternak ring KOMBAT di Bogor ada titik terang. Salah satu indukannya adalah pejantan asli Marike yang didapatkan oleh ayahnya yang akademisi di sektor kehutanan berupa tangkapan langsung asli hutan Marike. Walaupun bukan MB lapangan tapi dari pengamatan seksama secara langsung, kami berkesimpulan bahwa mental fighter, postur dan terutama volume suaranya sangat memenuhi kriteria indukan Ring Digdaya. Si Pejantan bernama TERANO ini kebetulan sudah  jodoh dan berproduksi dengan betina ring anakan MB Pasaman. Sejak trotolan anakan betina pasangan ini terpantau punya postur yang bagus dan volume mantap seperti yang diperkirakan sebelumnya. Sesuai dengan teori Criss Cross dimana anak betina mewarisi sebagian besar genetika ayahnya. 


Indukan Galur Murni Trah Jawara (GMTJ) ring digdaya akhirnya lengkap dengan masuknya MB Marike bernama Dewandaru dalam jajaran pejantan indukan di Padepokan Bala6. Semoga pejantan yang sudah kenyang panasnya lomba kicau di Sumatera Utara dan di Jabodetabek ini bisa menghasilkan banyak anakan MB Marike. 

Menjaga ekosistem tumbuhan hutan dengan pohon-pohon kayunya yang besar sebenarnya adalah kunci dari pelestarian satwa asli hutan termasuk burung murai batu. .