Definisi poligami pada burung adalah prilaku perkawinan seekor burung dengan
beberapa burung ekor lain jenis kelamin dalam satu musim perkembangbiakan
(breeding season). Poligami dalam dunia burung terjadi dalam dua bentuk: Polygyny – satu jantan dengan beberapa
pasangan betina dan Polyandry – satu
betina dengan beberapa pasangan jantan. Poligyny inilah yang sering terjadi
sehingga polygyny kemudian menjadi identik dengan terminologi Polygamy
pada dunia breeding burung.
Sebenarnya dialam liar prilaku poligami sudah sangat umum terjadi didunia burung dengan derajat prilaku yang bervariasi. Dari yang ekstrim dimana 1 jantan mempunyai 5 betina atau lebih sampai yang moderat yang terjadi bilamana perlu saja. Poligami terjadi secara alami, mengingat kondisi topografi dan kondisi habitat setempat dan waktu berkembang biak yang sempit. Ini terkait terkait dengan cuaca dan ketersediaan pakan yang ada, sehingga poligami menjadi keharusan untuk dilakukan dengan tujuan meningkatkan derajat keberhasilan hidup generasi selanjutnya. Dari hasil penelitian yang lebih spesifik lagi, fenomena poligami pada burung ternyata lebih terkait dengan wilayah kekuasaan burung jantan. Murai batu dikenal dengan karakter khususnya dalam penguasaan teritorial. Dan didalam dunia murai batu ternyata ada strata sosial. Dimana dalam suatu wilayah hutan ada satu ekor murai jantan dominan yang berstatus sebagai raja dan beberapa murai batu jantan dengan hierarki dibawahnya ibarat panglima dan mentrinya serta murai batu dengan strata sosial rakyat biasa. Dalam hal pemilihan pasangan murai betina akan cendrung memilih murai batu jantan dengan wilayah terluas dan terkaya sumber pakan alaminya, walaupun jantan tersebut sudah memiliki pasangan. Seperti sudah kita pahami bersama, bahwa perawatan piyik biasanya dilakukan oleh indukan betina, sehingga calon ibu secara naluriah akan melakukan audit potensi ketersediaan pakan dari suatu wilayah dan kawin dengan jantan penguasa wilayah tersebut. Pada Murai batu, pelaku poligami biasanya adalah murai batu “bicok” atau sang penguasa wilayah terbesar dan tersubur dari suatu habitat hutan. Biasanya si bicok ini mempunyai satu betina utama sebagai permaisuri dengan satu atau beberapa betina lain sebagai selir tersebar di wilayah kekuasaannya.Untuk masa sekarang dimana kondisi habitat asli murai batu di wilayah hutan alam sekunder semakin menyempit karena alih fungsi lahan, fenomena poligami ini menjadi makin banyak ditemukan dialam. Dan mungkin akan mencapai tingkat yang paling ekstrim pada sex ratio (jantan : betina) nya. Ini juga karena penangkapan murai batu jantan yang makin intensif.
Grafik Polygyny Threshold Model (PTM) diatas memperlihatkan korelasi antara derajat kualitas hidup murai batu betina dengan kualitas teritorial murai batu jantan dan kaitannya dengan pilihan betina untuk bersedia di poligami atau tidak.
A vs B - Pada kondisi teritorial yang sama kualitasnya. Murai batu betina akan memilih monogami dengan jantan A yang single dibandingkan di poligami oleh jantan B yang sudah mempunyai pasangan.
A vs C - Pada kondisi teritorial yang berbeda tipis kualitasnya. Murai batu betina bisa mempunyai pilihan antara memilih monogami dengan jantan A yang single atau di poligami oleh jantan C yang sudah mempunyai pasangan.
A vs D - Pada kondisi teritorial yang berbeda jauh kualitasnya. Murai batu betina akan memilih di poligami oleh jantan D yang sudah mempunyai pasangan tapi dengan kualitas teritorial yang lebih kondusif daripada monogami dengan jantan A yang single tapi dengan kualitas teritorial yang jauh lebih rendah.
Di dunia breeding MB, Sebenarnya banyak manfaat yang bisa diperoleh bagi penangkaran murai batu dengan sistem Poligami ini. Yang pasti manfaat utama adalah dari sisi modal indukan yang lebih ekonomis karena bisa berhemat uang untuk investasi indukan jantan yang harganya relatif lebih bahal dibanding indukan betina. Ada 3 metode poligami yang biasa digunakan :
1. Metode kawin - cabut, dimana jantan digilir pindahkan dari satu kandang betina ke kandang betina yang lain. Caranya adalah dengan menangkap jantan begitu betina 1 mulai mengeram untuk dipindahkan ke kandang betina 2. Atau sudah dibuatkan pintu khusus antar kandang agar jantan dapat berpindah kandang dengan sendirinya begitu pintu tersebut dibuka.
Di Padepokan Bala6 poligami Kawin-Cabut diterapkan untuk indukan Jantan Ekor Panjang Young Gun dan Gurkha dengan beberapa betina trah ekor panjang
2. Metode harem, dimana dalam satu kandang ditempatkan 1 jantan dengan 2 atau lebih betina. Syarat utama dari metode ini adalah betina satu dengan lainnya sudah jinak dan akrab satu sama lainnya. Ukuran kandang juga harus lebih luas dan kotak sarang yang ada harus diberikan melebihi jumlah betina yang ada sehingga betina bisa punya pilihan lebih dari 1 sarang tidak akan berebut sarang satu dengan lainnya.
2. Metode Casanova, dimana dalam apabila dalam metode harem semua betina dalam satu ruangan harem mengeram dalam satu waktu , jantan bisa dicabut untuk dijodohkan di ruangan harem yang lain. Harus tetap bekerja tidak boleh dibiarkan menganggur barang sesaat. Super sekali dalam melakukan efisiensi
Adakah efek dari breeding dengan metode poligami ?
Dari penelitian terakhir pada dunia hewan, pada sistem poligami tingkat harapan hidup pada anakan jantan lebih rendah dari pada anakan betina. Sementara pada sistem monogami tingkat harapan hidupnya sama besarnya.
Grafik sebaran derajat harapan hidup pada burung dan mamalia dengan sistem kawin monogami vs poligami
Dari info beberapa breeder yang sudah menempuh metode poligami dengan intensif, biasanya murai jantan yang melakukan praktek poligami akan lebih cepat siklus mabung kembalinya. Yang normalnya ganti bulu setiap 12 bulan misalnya bisa menjadi siklus 6 - 10 bulan sekali. Tapi yang dialami oleh om Didiks RRBF pada sistem poligami dengan pejantan Raja Rencong, Pejantan ini tetap mabung normal dengan siklus 1 tahun lebih. Untuk siklus ganti bulu ini mungkin lebih terkait dengan pola diet (pakan), paparan sinar matahari, luas kandang penangkaran dan secara khusus metabolisme dan daya adaptasi individu masing-masing murai batu.Sebenarnya dialam liar prilaku poligami sudah sangat umum terjadi didunia burung dengan derajat prilaku yang bervariasi. Dari yang ekstrim dimana 1 jantan mempunyai 5 betina atau lebih sampai yang moderat yang terjadi bilamana perlu saja. Poligami terjadi secara alami, mengingat kondisi topografi dan kondisi habitat setempat dan waktu berkembang biak yang sempit. Ini terkait terkait dengan cuaca dan ketersediaan pakan yang ada, sehingga poligami menjadi keharusan untuk dilakukan dengan tujuan meningkatkan derajat keberhasilan hidup generasi selanjutnya. Dari hasil penelitian yang lebih spesifik lagi, fenomena poligami pada burung ternyata lebih terkait dengan wilayah kekuasaan burung jantan. Murai batu dikenal dengan karakter khususnya dalam penguasaan teritorial. Dan didalam dunia murai batu ternyata ada strata sosial. Dimana dalam suatu wilayah hutan ada satu ekor murai jantan dominan yang berstatus sebagai raja dan beberapa murai batu jantan dengan hierarki dibawahnya ibarat panglima dan mentrinya serta murai batu dengan strata sosial rakyat biasa. Dalam hal pemilihan pasangan murai betina akan cendrung memilih murai batu jantan dengan wilayah terluas dan terkaya sumber pakan alaminya, walaupun jantan tersebut sudah memiliki pasangan. Seperti sudah kita pahami bersama, bahwa perawatan piyik biasanya dilakukan oleh indukan betina, sehingga calon ibu secara naluriah akan melakukan audit potensi ketersediaan pakan dari suatu wilayah dan kawin dengan jantan penguasa wilayah tersebut. Pada Murai batu, pelaku poligami biasanya adalah murai batu “bicok” atau sang penguasa wilayah terbesar dan tersubur dari suatu habitat hutan. Biasanya si bicok ini mempunyai satu betina utama sebagai permaisuri dengan satu atau beberapa betina lain sebagai selir tersebar di wilayah kekuasaannya.Untuk masa sekarang dimana kondisi habitat asli murai batu di wilayah hutan alam sekunder semakin menyempit karena alih fungsi lahan, fenomena poligami ini menjadi makin banyak ditemukan dialam. Dan mungkin akan mencapai tingkat yang paling ekstrim pada sex ratio (jantan : betina) nya. Ini juga karena penangkapan murai batu jantan yang makin intensif.
Grafik Polygyny Threshold Model (PTM) diatas memperlihatkan korelasi antara derajat kualitas hidup murai batu betina dengan kualitas teritorial murai batu jantan dan kaitannya dengan pilihan betina untuk bersedia di poligami atau tidak.
A vs B - Pada kondisi teritorial yang sama kualitasnya. Murai batu betina akan memilih monogami dengan jantan A yang single dibandingkan di poligami oleh jantan B yang sudah mempunyai pasangan.
A vs C - Pada kondisi teritorial yang berbeda tipis kualitasnya. Murai batu betina bisa mempunyai pilihan antara memilih monogami dengan jantan A yang single atau di poligami oleh jantan C yang sudah mempunyai pasangan.
A vs D - Pada kondisi teritorial yang berbeda jauh kualitasnya. Murai batu betina akan memilih di poligami oleh jantan D yang sudah mempunyai pasangan tapi dengan kualitas teritorial yang lebih kondusif daripada monogami dengan jantan A yang single tapi dengan kualitas teritorial yang jauh lebih rendah.
Di dunia breeding MB, Sebenarnya banyak manfaat yang bisa diperoleh bagi penangkaran murai batu dengan sistem Poligami ini. Yang pasti manfaat utama adalah dari sisi modal indukan yang lebih ekonomis karena bisa berhemat uang untuk investasi indukan jantan yang harganya relatif lebih bahal dibanding indukan betina. Ada 3 metode poligami yang biasa digunakan :
1. Metode kawin - cabut, dimana jantan digilir pindahkan dari satu kandang betina ke kandang betina yang lain. Caranya adalah dengan menangkap jantan begitu betina 1 mulai mengeram untuk dipindahkan ke kandang betina 2. Atau sudah dibuatkan pintu khusus antar kandang agar jantan dapat berpindah kandang dengan sendirinya begitu pintu tersebut dibuka.
Di Padepokan Bala6 poligami Kawin-Cabut diterapkan untuk indukan Jantan Ekor Panjang Young Gun dan Gurkha dengan beberapa betina trah ekor panjang
2. Metode harem, dimana dalam satu kandang ditempatkan 1 jantan dengan 2 atau lebih betina. Syarat utama dari metode ini adalah betina satu dengan lainnya sudah jinak dan akrab satu sama lainnya. Ukuran kandang juga harus lebih luas dan kotak sarang yang ada harus diberikan melebihi jumlah betina yang ada sehingga betina bisa punya pilihan lebih dari 1 sarang tidak akan berebut sarang satu dengan lainnya.
Poligami metode harem 2 in 1 pernah dilakukan di Padepokan Bala6
2. Metode Casanova, dimana dalam apabila dalam metode harem semua betina dalam satu ruangan harem mengeram dalam satu waktu , jantan bisa dicabut untuk dijodohkan di ruangan harem yang lain. Harus tetap bekerja tidak boleh dibiarkan menganggur barang sesaat. Super sekali dalam melakukan efisiensi
Adakah efek dari breeding dengan metode poligami ?
Dari penelitian terakhir pada dunia hewan, pada sistem poligami tingkat harapan hidup pada anakan jantan lebih rendah dari pada anakan betina. Sementara pada sistem monogami tingkat harapan hidupnya sama besarnya.
Grafik sebaran derajat harapan hidup pada burung dan mamalia dengan sistem kawin monogami vs poligami
No comments:
Post a Comment