Monday, 30 September 2013

STUDI KASUS 2 : Jantan LEMPUYANG vs MEDAN Betina

Pasangan Indukan di Padepokan Bala6 yang juga sudah mempunyai anakan yang lumayan jumlahnya untuk diamati adalah Jantan Nakula vs Betina May Lady. Nakula berpostur besar berekor panjang 22cm dengan pola Balak 6 sementara May Lady adalah representasi yang sempurna dari MB Medan dengan postur dan pola ekor yang memenuhi kriteria MB Sumatra pada umumnya. May Lady sendiri adalah MB hasil tangkaran MB Medan vs MB Medan trah DELTA Sidoarjo dengan ekor 11-12cm
Dari pasangan diatas dihasilkan 5 anakan yang hidup sampai besar dengan komposisi 4 jantan dan 1 betina. Dari postur anakan jantan, rata-rata ikut bapaknya dengan karakter diwarisi dari indukan jantannya ; sorot mata tajam, gerakan lincah dan cendrung NAGEN menguasai tangkringan atas. Khusus anakan betina satu-satunya sangat mirip dengan indukan betina yang posturnya sedang proporsional, berbadan keabuan (klawu) dan berwajah "cantik". Dan ternyata Volumenya mewarisi ibunya juga Alhamdulillah.
 ZiZi akan menjadi basic blood Tangkaran Ring Digdaya di Padepokan Bala6 Jakarta

Untuk ekor, dari referensi pemilik DIGDAYA NKL diketahui kisaran 17-20cm untuk jantan lepas trotol dan 12 cm untuk betinanya. Berpola ekor BALAK 8 atau Balak 6 seperti Nakula + 2 putih di sepasang helai ekor penyangga terakhir. Pola ini konsisten terjadi pada semua anakan pasangan ini yang kebetulan waktu itu di tangkarkan oleh om Imam Iswahyudi di Harapan Indah Bekasi Barat,  sehingga mendapatkan kehormatan untuk disematkan ring ganda YAQISA BF di kaki kanan dan DIGDAYA NKL di kaki kiri.Artinya indukan jantan dan betina saling berbagi pengaruh genetiknya menjadi berpola ekor Sumatera dengan 4 saf ekor putih tapi dengan diameter yang lebih kecil sebagaimana layaknya spot putih pada MB Sabang/Lempuyang. Kondisinya rapi dan simetris tidak seperti silangan MB Medan/Balak dengan MB Nias.
COMANDO - Koleksi dari mas Adi Adra Wicaksono - Sawangan Depok.

Untuk volume, sementara terpantau di NKL 001 dan NKL 003 dan NKL 005 cendrung mengikuti indukan betina May Lady yang sangat tembus dan bahkan dengan level diatas volume dari indukan Nakula sendiri yang sudah tergolong tinggi. Memang keistimewaan betina trah DELTA adalah di volumenya yang bagus.

Semoga kedepan anakan Nakula dan May Lady yang cuma 5 ekor ini bisa menunjukkan performa yag memuaskan di gantangan lomba ataupun didalam tangkaran menjadi indukan yang berkualitas.
NKL 003 yang belum diberi nama sampai nanti dapat piagam lomba pertama. Koleksi dari om Rizal - Grand Depok City.

Sejauh ini NKL 03 dan NKL 05 menunjukan performa yang bagus sekali di usia lepas trotolnya. NKL 03 dilaporkan sudah terlihat menonjol saat ditrek dengan MB mapan dan MB ring kondang lainnya dari sisi volume, materi isian dan karakter fighternya. Sementara NKL 05 yang sejak trotol menonjol bakatnya berbakat saat ini masih sudah menjadi pelapis gaco utama oleh juragannya dan mulai mendulang prestasi di arena lomba kicau.

Saat ini Nakula akan kami pasangkan dengan betina Trah Sukhothai (MB Thailand vs MB Medan). Agak Unik MB jantan ini karena ternyata Nakula hanya mau dengan MB betina yang Klawu (warna bulu tubuh ke abu-abuan), beberapa kali kami coba jodohkan dengan MB betina balak ternyata cuma sekedar diterima saja (akur) tanpa mau dikawin.


Karakteristik jodoh barunya ini - Dolce Vita - adalah berbody bongsor, bermental baja seperti ibu bapaknya dan punya volume yang lumayan keras untuk ukuran MB betina. Sampai bulan September 2014 baru berjalan 2 sesi angrem dimana cuma dihasilkan 1 anakan saja dari total 10 telur yang dihasilkan. Semoga disesi ke 3 dan yang seterusnya daya tetasnya bisa meningkat. Yang diharapkan dari pasangan ini adalah anakan yang berpostur besar berekor medium (l.k 20 cm) dengan mental baja dan volume yang tembus. Soal pola ekor balak atau medan terserah Tuhan Yang Maha Kuasa saja

Obsesi selanjutnya, semoga rejekinya panjang, Nakula ingin kami jodohkan dengan anaknya sendiri (Digdaya NKL 04) sebagai salah satu bahan riset Line Breeding dengan tujuan memperkuat genetika MB Lempuyang di Padepokan Bala6 jakarta.


Friday, 20 September 2013

MURAI BATU MENTAWAI

Kepulauan Mentawai adalah gugusan pulau-pulau yang secara geografis terletak di Samudera Hindia yang merupakan bagian dari serangkaian pulau non-vulkanik dan gugus kepulauan itu merupakan puncak-puncak dari suatu punggung pegunungan bawah laut. Kepulauan Mentawai berada di sisi barat provinsi Sumatera barat. Kepulauan Mentawai mempunyai empat pulau besar, yakni: Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara & Pulau Pagai Selatan yang dipisahkan oleh Selat Sikakap dan beberapa pulau kecil lain yang beberapa diantaranya muncul ke permukaan pasca Tsunami tahun 2007. Sejak tahun 1999, wilayah Kepulauan Mentawai dikukuhkan menjadi sebuah kabupaten bernama Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan ibukota di Tua Pejat yang berada di bagian utara Pulau Sipora. Kepulauan Mentawai bisa dicapai dengan kapal feri dari Muara Padang dengan waktu tempuh 10 jam atau lebih.
 
Suku Mentawai sebagai penduduk utama di kabupaten ini, secara garis besar masyarakat ini tidak mempunyai gambaran yang jelas tentang asal usul mereka, walaupun ada di antara mereka mengenal beberapa mitologi yang kadang agak kabur dan sukar dipercaya. Masyarakat setempat menyebut negeri mereka dengan nama Bumi Sikerei. Sebahagian besar penghuni pulau-pulau di kabupaten Kepulauan Mentawai berasal dari Pulau Siberut. Isolasi geografi tidak hanya mempengaruhi evolusi sumber daya hayati secara ekologis, tetapi juga membuat masyarakat Mentawai, yang merupakan penduduk asli Siberut, mampu melestarikan kebudayaan neolitik mereka yang khas. Orang Mentawai bisa dibilang berhasil dalam mempertahankan tradisi mereka dibandingkan orang Enggano, Nias dan Simeuleu. Orang Mentawai, dengan cara yang rumit, dapat dikatakan berhasil ‘menghindari’ pengaruh Megalith yang berhasil menyerang Nias, kebudayaan besar semacam Hinduisme, Budhisme, gelombang missionaris, corak yang dibawah oleh agama Islam, dan bahkan penetrasi VOC dan kolonialisme Belanda.

Iklim di Kepulauan Mentawai berjenis tropis basah. Iklim ini dicirikan oleh curah hujan yang tinggi tanpa ada musim kering sama sekali, lembab, cahaya matahari berlimpah, perubahan temperatur musiman yang rendah serta distribusi hujan yang berpola bimodal. Oleh karenaya Siberut hampir sepanjang tahun selalu basah. Barangkali ini menyebabkan orang Siberut tidak mengenal musim kemarau dan hujan, yang katanya akrab dengan penduduk Indonesia itu. Ini ada kaitannya dengan letak Siberut yang dilewati garis Katulistiwa. Posisi ini menyebabkan Siberut mendapatkan hujan sepanjang tahun dengan intensitas yang sangat tinggi. Selain itu kelembaban udara sangat tinggi yang berasal dari bias cahaya matahari yang berlimpah.

Di Mentawai ini terdapat satu taman nasional yang terletak di Pulau Siberut yang dikenal dengan sebutan Taman Nasional Siberut (TNS). Taman Nasional Siberut ini berguna dalam melindungi hutan dan segala mahluk hidup yang bertempat tinggal di dalamnya. Taman Nasional ini juga merupakan salah satu paru-paru dunia, yang mengatur iklim global dalam kemampuannya mendaur oksigen, karbon, dan air. Pulau Siberut sendiri, seluas 60% kawasan ditutupi oleh hutan primer Dipterocarpaceae, hutan primer campuran, rawa, hutan pantai, dan hutan mangrove.
Hutan di taman nasional relatif masih alami, yaitu dengan banyaknya pohon-pohon yang besar dengan tinggi +.60 meter.
MB Mentawai prestasi lokalan bernama Rajo Bunian Koleksi mas Dedy Iskandar Lampung

Dihutan lebat inilah hidup Murai Batu Mentawai. Seperti saudaranya di Pulau Nias dan Pulau Semeulue, MB Mentawai berekor hitam dengan beberapa variasi spot putih di 3 pasang ekor terdalamnya.Ciri khusus MB Mentawai tidak bisa secara spesifik dibedakan dengan MB Nias. Mungkin ukuran badannya saja yang secara umum lebih kecil sedikit dari MB Nias . Bila MB Nias & Lasia berukuran L, MB Mentawai M dan MB Sinabang/Simeulue S. MB Mentawai biasanya punya karakter suara yang pedas dengan irama yang rapat dan lumayan panjang.
MB ekor hitam balak 4 koleksi Padepokan Bala6 yang ke empat titiknya seolah mewakili 4 pulau utama di kepulauan Mentawai, sehingga kami beri nama si MENTAWAI.Pasca mabung akan kami tangkarkan dengan kode ring trotolan DIGDAYA MTW. 

Sebagaimana layaknya Black Tail pada umumnya, MB Mentawai didominasi oleh MB dengan ekor yang relatif pendek antara 13 - 15cm walau kadang ditemukan juga MB Mentawai berekor 17-20cm. Di Sumatera Barat MB Mentawai ekor hitam ini lebih dikenal sebagai Murai Batu Pagai.
MB Mentawai Jantan yang merupakan Indukan koleksi om David Kudus dengan gaya Ngobra yang ciamik sekali.

Berikut adalah kutipan kesaksian dari seorang Kicau mania lapangan om Datuk Tanbaro :
Kalau bagi saya MB Mentawai  sangat fighter, smart dalam menerima isian dengan vol diatas rata-rata, gaya mainnya ngeplay habis. Dan yang terpenting.perawatannya mudah om. Pokoknya •̸Ϟ•̸-̶̶М̣̣̥̇̊ƯǞN̤̥̈̊Ʈ@̤̥̈̊̇в̍̍̍̍̊β̣̣̥ß̍̍̊•̸Ϟ•̸-̶̶ MB Mentawai punya om. Apalagi kalau digantang untuk lagu, variasinya enak dibawakannya om.....

Salah satu murai batu Mentawai yang malang melintang di kancah lomba kicau nasional adalah CEMANI yang saat dibesut oleh om Abdul Latief - Cibubur bisa menempati peringkat 9 di gelaran Piala Presiden 2014 yang lalu. Sangat kental sensasi murai batu ekor hitamnya. karena dengan rawatan yang minimalis dan setingan sekedarnya saja bisa tampil anarkis tanpa jeda. Saat ini sedang coba ditangkarkan di Padepokan Bala6 jakarta. Semoga genetikanya bisa dilestarikan dan menjadi basic blood Ring Digdaya.

Friday, 13 September 2013

STUDI KASUS 1 : Jantan BALAK 6 vs NIAS BT Betina

Berikut ini adalah pengamatan pola ekor pada persilangan antara indukan jantan bernama ANGGADA dengan indukan betina bernama BETIBOO
ANG 001 & ANG 002 berasal dari sesi netas ke 1
ANG 003 berasal dari sesi netas ke 2 (tidak ditampilkan pada gambar diatas)
ANG 004 berasal dari sesi netas ke 3
ANG 005 & ANG 006 berasal dari sesi netas ke 4

Terlihat bahwa di sesi awal (ke 1) pola ekor dari jantan Anggada (balak 6) mendominasi pola ekor trotolan. Sementara pada sesi tengah (ke 3) dominasi pola ekor balak makin kecil spot putihnya.  Pada sesi terakhir (sesi 4) pola ekor trotolan cendrung mengikuti pada pola ekor betina Betiboo (Nias - ekor hitam).

Ada pergiliran genetik pola ekor, dimana  disesi awal ikut gen jantan dan pada sesi akhir ikut gen betina dan galau di sesi tengah. Apakah pola perubahan ini akan berulang atau sebaliknya akan tetap hitam seterusnya mengikut induk betinanya?

Yang jelas karakter ANGGADA sangat kental mewarnai prilaku setiap anakannya ; rajin ngeplay, mental baja tidak takut pada orang walau dari jarak dekat menempel pada ruji kandang, suka mengangkat ekor tegak lurus keatas, rajin bunyi sejak umur 20-25 hari saat sudah bisa makan sendiri, agresif saat diberi pakan.

Fakta ini mungkin bisa menjadi modal kami untuk lebih mendalami teori yang menyatakan bahwa Induk Jantan menurunkan karakter pada trotolan sementara induk betina menurunkan volume dan irama.  


Pada sesi 7 menetas 2 anakan. 1 ekor jantan yang hidup,DIGDAYA ANG 08 berpola ekor Balak 6. Pada sesi 8 terjadi pola Criss Cross yang nyaris sempurna pada anakan Anggada dan Betiboo. Seperti terlihat pada gambar diatas 2  ekor anakan jantan berekor hitam seperti induk betina dan 1 ekor anakan betina berpola ekor balak mengikuti sang induk jantan.


Penampakan lepas trotol dari ekor DIGDAYA ANG 08. Lumayan elegan dan rapi pola ekor balaknya

Penampakan lepas trotol dari DIGDAYA ANG 04. Saat ini dalam asuhan sahabat KOMBAT di Bandung. 

Secara umum keturunan dari pasangan ini mewarisi karakter dari induk jantannya yang bermental baja dengan gaya main yang mirip induk jantannya; agresif dan ngeplay aktif.

Karakter suara cendrung kristal dengan dominasi ngerol nembak. Volume terpantau sedikit diatas rata - rata, termasuk anakan betina Anggada yang selama dalam pengamatan kami di Padepokan Bala6 bisa dibilang sangat memenuhi kriteria sebagai generasi penerus indukan ring DIGDAYA.

Pada beberapa sesi selanjutnya pasangan Anggada - Betiboo menurun produktivitasnya. yang rata-rata netas 3 dari 3 telur menjadi hanya netas 2 atau 1 anakan dari 3 telur. Sering yang netaspun mengalami kematian karena berbagai sebab terutama karena periode cuaca. pancaroba. dalam 5 periode cuma dihasilkan 2 anakan betina yang keduanya menunjukkan kecendrungan pola ekor balak yang solid.

Dari beberapa laporan yang masuk, beberapa anakan anggada sudah ada yang mulai bisa di lombakan. Diantaranya ANG 10 yang diberi nama Kremlin oleh juragannya.

kita nantikan laporan prestasi berikutnya dari keturunan pasangan ini.
 

Masuk September 2014, Anggada dan betinanya kami tarik dari tangkaran karena bulunya sudah hancur tapi belum juga mau mabung. Begitu kami masukan kandang soliter mereka langsung ambrol bulunya. Sementara istirahat dulu setelah hampir 2 tahun dikandang breeding dengan total produksi anakan hidup 14 ekor dari lebih dari 30 anakan yang sempat menetas. Alhamdulillah sangat produktif.

Sunday, 8 September 2013

MURAI BATU SABANG

Pulau Weh terletak di Laut Andaman, yang langsung berhadapan dengan Malaysia, Thailand dan Myanmar. Pulau ini terbentang sepanjang 15 kilometer (10 mil) di ujung paling utara dari Sumatra. Terdapat empat pulau kecil yang mengelilingi Pulau Weh, yaitu Pulau Klah, Pulau Rubiah, Pulau Seulako dan pulau Rondo. Di antara keempatnya, Pulau Rubiah terkenal sebagai tempat pariwisata menyelam karena keindahan terumbu karangnya


 

Perekonomian Pulau Weh sebagian besar didominasi oleh agrikultur dengan hasil utamanya adalah cengkeh,  kelapa dan baru dimulai pembudidayaan coklat. Pulau ini hanya pulau kecil dengan luas 156,3 km², tetapi memiliki banyak pegunungan dengan ekosistem hutan yang terjaga dan terlindung. Pemerintah Indonesia telah menetapkan wilayah sejauh 60 km² dari tepi pulau baik ke dalam maupun ke luar sebagai suaka alam. Diantaranya adalah  hutan lindung "Murung Ujung" yang melingkupi tugu Titik Nol di Sabang. Seperti halnya di Sumatera, hutan di Pulau Weh sebagai daerah tropis ditumbuhi oleh pohon-pohonan sebagai hutan belantara yang padat. dengan kisaran total wilayah hutan seluas 14.931,32 Ha atau sekitar 60% dari luas seluruhnya. 

Murai Batu yang berkembang biak di Pulau Weh  terkenal dengan sebutan Murai Batu SABANG. Saat ini MB Sabang menjadi primadona di kalangan kolektor MB di dunia. Ini karena karakteristiknya yang kharismatis dengan pola ekor yang unik dan panjang ekor yang panjang menjuntai. Suara MB Sabang kebanyakan berkarakter kristal dengan dominan tembakan yang nyaring bening enak di kuping. MB Sabang rata-rata berpostur  ramping memanjang dengan leher yang jenjang. Untuk gaya tarung, sangat sering ditemukan MB Sabang bergaya hormat juri istilah pemain Jabotabek atau sujud-sujud kata pemain Sumatera atau dlosor-dlosor kata orang Jawa Timur.


Pemerintah daerah NAD sendiri sudah mengeluarkan konun/aturan yang melarang MB Sabang untuk keluar dari NAD. Ini dikarenakan upaya yang intensif untuk konservasi di habitat aslinya. MB Sabang selama ini dikenal sebagai MB BALAK 6 (spot putih pada 3 pasang ekor terdalam). Walaupun fakta sesungguhnya terdapat variasi ekor yang beragam tidak sekedar balak 6 tapi ada juga balak 4 dan balak 8.
Gambar diatas adalah MB Sabang Balak 4 bernama B4YONET yang berekor 20cm panjangnya. Saat ini B4yonet menjadi jantan indukan di Padepokan Bala6 - Jakarta dengan kode ring DIGDAYA B4Y.
Gambar diatas adalah MB Sabang Balak 6 bernama BIG BANG yang berekor 21cm panjangnya. Saat ini Big Bang menjadi jantan indukan di Padepokan Bala6 - Jakarta dengan kode ring DIGDAYA BB.


Gambar diatas adalah MB Sabang Balak 8 bernama KUDETA dengan panjang ekor 20cm. Saat ini KuDeTa menjadi jantan indukan di Padepokan Bala6 - Jakarta dengan kode ring DIGDAYA KDT.

Tuesday, 3 September 2013

MURAI BATU LEMPUYANG



Pulo Aceh (logat Aceh) adalah gugusan kepulauan  yang terletak di sebelah barat laut pulau Sumatera dan di sebelah barat pulau Weh Secara administratif kepulauan ini termasuk dalam wilayah Kecamatan Pulo Aceh, Kabupaten Aceh Besar. Ibukota kecamatan Pulo Aceh yaitu kota LAMPUYANG berada di Pulau Breuh. Pulau-pulau lain yang berda di dekat pulau Breueh antara lain adalah Pulau Nasi, Pulau Deudap, Pulau Geupon dan Pulau Batee.



Pulau Nasi juga sering disebut sebagai Pulau Breuh Selatan dipisahkan dengan sebuah selat yang sempit dengan Pulau Breuh Utara yang juga sering disebut sebagai Pulau Beras. Pulau Breuh adalah pulau utama  dengan hutan yang masih asli dan terdapat gunung yang cukup tinggi ditengahnya yang bernama Gunung Ceumoh.
Hutan asli inilah keistimewaan terbesar dari Pulo Aceh. Keasliannya disebabkan oleh masih jarangnya Pulo Aceh terliput oleh media informasi lokal dan nasional sehingga alamnya masih dalam keadaan terjaga jauh dari eksploitasi besar-besaran yang cendrung merusak ekosistem aslinya. Salah satu informasi penting adalah fakta bahwa Pulau Weh, dimana terdapat kota Sabang didalamnya, ternyata bukan pulau terbarat di Indonesia. Pulau Sabang dengan koordinat 95.25 BT ternyata masih kalah baratnya dengan Pulau Breuh yang berada di koordinat 95 BT. di barat Pulau Breuh masih ada sebuah pulau batu kecil bernama Pulau Benggala yang menjadi ujung terluar dasar perhitungan tapal batas NKRI

Secara umum, Pulau Aceh beriklim laut karena letaknya yang terbuka menghadap lautan lepas.Iklim laut dipengaruhi oleh samudera, yang membantu menyeimbangkan temperatur menjadi lebih stabil - hangat dan lembap sepanjang tahun. Kondisi vegetasinya adalah berciri tropis dengan tumbuhan berdaun lebar dan hijau abadi (tidak menggugurkan daun), artinya mereka tidak dipengaruhi oleh suhu atau durasi radiasi Matahari melainkan oleh ketersediaan air di tanah.

Murai batu yang di hidup di Pulo Aceh sering disebut juga sebagai MB Lampuyang, ini mungkin mengikut nama kota kecamatan disana. Ciri MB Lampuyang yang utama adalah dari pola ekornya yang bercorak balak. Dari 6 pasang ekornya 3 pasang ekor terdalam diujungnya terdapat bulatan putih besar kurang lebih berdiameter 1 cm. Sangat mirip dengan MB Sabang asal Pulau Weh. Menurut pengalaman saya MB Lempuyang mempunyai ukuran badan yang lebih besar dari MB Sabang. Ibarat pakaian MB Lempuyang ukuran L sedangkan MB Sabang ukuran M. Referensi MB Lempuyang belumlah sebanyak MB Sabang. Satu hari akan banyak terbuka kemungkinan ditemukan fakta baru mengenai MB Lampuyang ini. Yang jelas saat ini MB Lampuyang yang beredar dijawa ditemukan dengan kondisi ekor yang tebal dan cendrung kaku. Tebal lurus dengan panjang kisaran 18 - 22cm. Soal suara sudah jaminan keras volumenya dengan karakter sangat menekan dan gaya main yang agresif ngeplay.
Beruntung Padepokan Bala6 sudah mempunyai koleksi MB Lampuyang yang langka ini. MB Lampuyang bernama NAKULA ini berkarakter tenang tapi kharismatis. Hampir pasti setiap diadu, MB lawannya akan ngedrop dan nge-betmen. Saat ini sudah ada ditangkaran dengan kode ring trotolan DIGDAYA NKL