Friday, 13 September 2013

STUDI KASUS 1 : Jantan BALAK 6 vs NIAS BT Betina

Berikut ini adalah pengamatan pola ekor pada persilangan antara indukan jantan bernama ANGGADA dengan indukan betina bernama BETIBOO
ANG 001 & ANG 002 berasal dari sesi netas ke 1
ANG 003 berasal dari sesi netas ke 2 (tidak ditampilkan pada gambar diatas)
ANG 004 berasal dari sesi netas ke 3
ANG 005 & ANG 006 berasal dari sesi netas ke 4

Terlihat bahwa di sesi awal (ke 1) pola ekor dari jantan Anggada (balak 6) mendominasi pola ekor trotolan. Sementara pada sesi tengah (ke 3) dominasi pola ekor balak makin kecil spot putihnya.  Pada sesi terakhir (sesi 4) pola ekor trotolan cendrung mengikuti pada pola ekor betina Betiboo (Nias - ekor hitam).

Ada pergiliran genetik pola ekor, dimana  disesi awal ikut gen jantan dan pada sesi akhir ikut gen betina dan galau di sesi tengah. Apakah pola perubahan ini akan berulang atau sebaliknya akan tetap hitam seterusnya mengikut induk betinanya?

Yang jelas karakter ANGGADA sangat kental mewarnai prilaku setiap anakannya ; rajin ngeplay, mental baja tidak takut pada orang walau dari jarak dekat menempel pada ruji kandang, suka mengangkat ekor tegak lurus keatas, rajin bunyi sejak umur 20-25 hari saat sudah bisa makan sendiri, agresif saat diberi pakan.

Fakta ini mungkin bisa menjadi modal kami untuk lebih mendalami teori yang menyatakan bahwa Induk Jantan menurunkan karakter pada trotolan sementara induk betina menurunkan volume dan irama.  


Pada sesi 7 menetas 2 anakan. 1 ekor jantan yang hidup,DIGDAYA ANG 08 berpola ekor Balak 6. Pada sesi 8 terjadi pola Criss Cross yang nyaris sempurna pada anakan Anggada dan Betiboo. Seperti terlihat pada gambar diatas 2  ekor anakan jantan berekor hitam seperti induk betina dan 1 ekor anakan betina berpola ekor balak mengikuti sang induk jantan.


Penampakan lepas trotol dari ekor DIGDAYA ANG 08. Lumayan elegan dan rapi pola ekor balaknya

Penampakan lepas trotol dari DIGDAYA ANG 04. Saat ini dalam asuhan sahabat KOMBAT di Bandung. 

Secara umum keturunan dari pasangan ini mewarisi karakter dari induk jantannya yang bermental baja dengan gaya main yang mirip induk jantannya; agresif dan ngeplay aktif.

Karakter suara cendrung kristal dengan dominasi ngerol nembak. Volume terpantau sedikit diatas rata - rata, termasuk anakan betina Anggada yang selama dalam pengamatan kami di Padepokan Bala6 bisa dibilang sangat memenuhi kriteria sebagai generasi penerus indukan ring DIGDAYA.

Pada beberapa sesi selanjutnya pasangan Anggada - Betiboo menurun produktivitasnya. yang rata-rata netas 3 dari 3 telur menjadi hanya netas 2 atau 1 anakan dari 3 telur. Sering yang netaspun mengalami kematian karena berbagai sebab terutama karena periode cuaca. pancaroba. dalam 5 periode cuma dihasilkan 2 anakan betina yang keduanya menunjukkan kecendrungan pola ekor balak yang solid.

Dari beberapa laporan yang masuk, beberapa anakan anggada sudah ada yang mulai bisa di lombakan. Diantaranya ANG 10 yang diberi nama Kremlin oleh juragannya.

kita nantikan laporan prestasi berikutnya dari keturunan pasangan ini.
 

Masuk September 2014, Anggada dan betinanya kami tarik dari tangkaran karena bulunya sudah hancur tapi belum juga mau mabung. Begitu kami masukan kandang soliter mereka langsung ambrol bulunya. Sementara istirahat dulu setelah hampir 2 tahun dikandang breeding dengan total produksi anakan hidup 14 ekor dari lebih dari 30 anakan yang sempat menetas. Alhamdulillah sangat produktif.

1 comment:

  1. KLW PESEN MURAI BATU NIASNYA TEROTOLAN BERAPA GAN UNTUK JANTANNYA

    ReplyDelete