Saturday 30 November 2013

MURAI BATU TANGSE

Murai Batu Tangse, bisa dibilang sebagai MB Habitat asal NAD yang paling sering disebut-sebut kicau mania Indonesia dan mewakili fenomena kehebatan MB Aceh. Dikenali dengan mental bajanya dan volumenya yang cetar membahana.

Tangse adalah wilayah kecamatan kedua terluas dengan cakupan 750 km2 di Kabupaten Pidie - Naggroe Aceh Darusalam. Wilayah Tangse sendiri berada di atas ketinggian 600-1200 mdpl. Iklim yang sejuk dengan curah hujan yang tinggi dan memiliki tanah yang subur sehingga terkenal akan hasil tanaman kualitas terbaik seperti kopi robusta, padi (beras cantik manis) yang sangat legit, durian yang manis dan holtikultura lainnya. Kota Tangse sendiri yang mempunyai panorama alam yang sangat indah terletak dilintasan Pidie – Meulaboh,  jalan yang merupakan penghubung terdekat antara Utara - Selatan di provinsi paling barat NKRI ini.
Bicara habitat MB Aceh khususnya MB dataran tinggi bukit Barisan tidak bisa dilepaskan dengan ekosistem besar Hutan Ulu Masen yang merupakan sebuah Taman Nasional yang terletak tepat dijantung Wilayah Aceh, Ulu Masen merupakan kombinasi lengkap antara hutan daratan rendah dan hutan daratan tinggi, kombinasi ini membuat kawasan Hutan Ulu Masen unik. Cakupan Taman Nasional Ulu Masen sangat luas (738.856 Ha) yang lokasinya meliputi lima Kabupaten di bagian utara Aceh. Batas-batas Taman Nasional Ulu Masen sebagai berikut :
  1. Kabupaten Aceh Barat ( Kecamatan Sungai Mas, Kaway XVI dan Pante Ceureumen) 
  2. Kabupaten Aceh Jaya ( Kecamatan Teunom, Panga, Krueng Sabee, Setia Bakti, Sanpoiniet dan Jaya) 
  3. Kabupaten Aceh Besar ( Kecamatan Darul Imarah, Darul Kamal, Indrapuri, Kota Jantho, Kuta Cot Glei, Kuta Malaka, Lembah Seulawah, Lhoong, Leupong, Lhok Nga, Seulimum, Simpang Tiga dan Suka Makmur), 
  4. Kabupaten Pidie (Kecamatan Bandar Dua, Delima, Geumpang, Geulumpang Tiga, Mane, Mila, Padang Tiji, Sakti, Tangse, Tiro, dan Kemala),  
  5. Kabupaten Pidie Jaya (Kecamatan Meurah Dua, Bandar Baru, Meureudu, Trieng Gadeng dan Ulim).
Wilayah Taman Nasional Ulu Masen di Jantung NAD
  
Terlihat bahwa Tangse berada di tepi dalam ekosistem hutan Ulu Masen yang wilayah hutannya saling bersinggungan satu sama lainnya sehingga sangat dimungkinkan terjadi pergeseran penghuni asal habitat. Kalau dibilang bahwa saat ini MB Tangse sudah sangat langka, itu adalah bagian dari ketenarannya dikalangan kicau mania lokal Aceh. Kalau ditanya kepada pemikat di Tangse apakah MB Tangse saat ini masih ada maka pasti dijawab tidak ada lagi MB asli Tangse sebab mereka sudah jarang sekali mendapatkan MB hasil pikatan disekitar Tangse.  

Menurut laporan pandangan mata, pada tahun 2008, tukang pikat masih bisa menangkap 50 ekor MB dalam sehari di Sare (pinggir Tangse yang berbatasan dengan  kota Sigli). Tapi mulai 2010 jangankan dipinggir Tangse, naik ke Bukit Tangse dan  masuk ketengah sampai menginap dihutan berhari-hari  belum tentu dapat 1 ekor saja. Yang saat ini dibilang sebagai MB Tangse mungkin didapat dari habitat sekitaran Tangse seperti Geumpang, Meulaboh, Calang atau Tiro. Itupun tidak banyak. Kalaupun ada Pemikat asal Tangse yang mendapatkan MB, bisa saja itu merupakan hasil pikatan dari habitat hutan yang jauh dari Tangse seperti Meulaboh misalnya.

Diatas adalah gambar MB Tangse koleksi om Mahesa Jenar di Lhoksuemawe

Dimungkinkan juga MB Tangse bermigrasi ke wilayah lain dalam cakupan ekosistem hutan Ulu Masen yang relatif lebih rapat dan tentunya lebih sulit untuk dijangkau oleh pemikat. Mereka mencari tempat yang lebih kondusif untuk berkembang biak dari sisi daya dukung alam untuk pasokan pakan dan kemudian membentuk koloni baru ditempat tersebut. Jadi kalau ada yang bilang masih bisa mendapatkan Mb Tangse muda hutan, itu penuh dengan segala kemungkinan dan teka teki. Bisa jadi benar atau bisa jadi salah. Yang pasti benar adalah jika ada MB tangkapan hutan dilabeli sebagai MB Tangse maka akan lebih cepat laku dengan harga lebih mahal.
 
Iklim Kabupaten Pidie dapat dibagi atas iklim basah dan kering, masing-masing antara ± 9 bulan dan ± 3 bulan. Dengan curah hujan rata-rata antara 1000 – 2000 mm/th dengan hari hujan 114 hari/th.  Pada saat musim kering, wilayah Tangse sendiri berhawa sangat panas pada hari-hari tertentu, ditambah dengan topografi yang berbukit-bukit membuat MB Tangse tercatat berbadan kekar langsing panjang  dengan ekor kaku lurus dan menipis ke ujung. Karakter suara  MB Tangse terpantau bervolume tinggi melengking dengan nada tajam khas MB Bukit Barisan. Untuk proporsi badan MB Tangse biasanya berpostur medium dengan ekor medium pula di kisaran 17 - 20 cm. Bulu bagian bawah berwarna coklat terang dan kaki hitam/gelap.

Ada juga yang bilang bahwa ciri MB Tangse adalah pola ekor putih bagian bawah bila dalam kondisi menutup/rapat diujungnya akan membentuk pulau hitam seperti pada gambar diatas. Tapi MB Asal Hutan Patek, Calang - Aceh Jaya juga punya ciri seperti itu. Mungkin sekali mereka saling terhubung karena masih dalam satu ekosistem hutan besar Taman Nasional Ulu Masen.

Eksploitasi kayu hutan adalah ancaman yang sangat serius bagi kelangsungan MB Sumatra. Ini berdampak langsung pada habitat alami yang makin tergerus oleh  kepentingan ekonomi dengan derasnya arus konversi wilayah hutan rimba menjadi daerah hutan produksi, lahan perkebunan, lokasi pertambangan dan akhirnya menjadi pemukiman penduduk. Wilayah Aceh ibarat perawan yang baru mengenal dunia adalah salah satu benteng terakhir satwa liar asli Sumatra. Isolasi yang terjadi karena tergolong dalam daerah konflik  justru mendukung konservasi atas keaneka ragaman murai batu Aceh. Kasihan melihat nasib para tukang pikat MB kehilangan mata pencarian yang cuma sekedarnya itu demi kepentingan ekonomi pemain bisnis besar. Termasuk diantaranya adalah Hutan Tangse yg sekarang terancam gundul.


Karena alasan inilah Padepokan Bala6 berusaha sebisa mungkin melakukan konservasi MB asli Tangse  galur murni. Sehingga suatu saat kita tidak cuma bisa mengenang kehebatan MB Tangse sekedar dari ceri mulut kemulut, tapi masih bisa melihat realnya di lapangan lomba.  
Padepokan Bala6 punya koleksi pasangan MB Tangse yang ditangkap sudah dalam keadaan jodohan hutan, umurnya juga sudah lumayan, karena sebelum diboyong dari Sigli ke Pulau Jawa 1 tahun lalu, pasangan ini sudah dalam pemeliharaan penduduk lebih dari 5 tahun. Sang Jantan sangat unik karena punya emosi yang lumayan stabil dan terkontrol. Keseharianya ditangkarkan dengan betina pasangan abadinya. Begitupun ternyata masih bisa berkarir dilapangan lomba. Diawali oleh ketidak sengajaan, karna pada suatu saat sarang pasangan Tangse ini dikerubungi semut sehingga harus dicabut dari kandang tangkaran. Kebetulan sang juragan punya ticket lomba regional yang dihari H si gaco utamanya ngedrop. Dari pada rugi tiket, dimasukan kandang lombalah si MB Tangse. Namanya juga pemeran pengganti pria, kalaupun nanti ngebetmen ya sudahlah terima nasib saja. Tak dinyana digantangan burung kerja sangat bagus dan masuk 5 besar. Setelah itu si Tangse rutin bolak balik dari kandang tangkaran ke gantangan lomba dalam fase apapun di kandang ternaknya, walaupun kondisi betina angrem, bahkan si jantan bisa langsung ikut meloloh trotolannya. Volume tembus dengan isian yang kaya, sangat layak menjadi indukan di Padepokan Bala6 Jakarta. Si jantan kami beri nama MARSOSE dan si betina CUT NYA.
Pasangan lain adalah sepasang MB Tangse yang didapat langsung dari habitatnya. Si jantan yang diberi nama BinTANG SElatan sangat pemarah dan sangat pemilih ternyata. Sudah coba dijodohkan dengan banyak MB betina tapi ternyata cinta sejatinya kembali kepada MB betina sesama MB Tangse yang kami beri nama BINtang TImur (Binti). Dengan karakter khas MB asal hutan, cukup lama periode penjinakan sampai 2 kali ganti bulu di kandang tangkaran barulah dia stabil emosinya. Alhamdulillah saat ini sudah mulai berproduksi menghasilkan anakan asli MB Tangse ditangkaran. Semoga trotolannya nanti bisa sekencang suara si Jantan yg melengking dahsyat dan semoga kedepan produksinya makin lancar sehingga bisa memperbanyak populasi MB Tangse dan memenuhi permintaan akan MB Tangse dari para Tangsemania.

Ternyata selain bisa menurunkan anakan jantan yang bagus kualitas lapangannya, pasangan TANGSE ini juga menurunkan anakan betina dengan kualitas yang diatas rata-rata. Bersama anakan dari MB Bahorok, anakan MB Tangse saat ini mendominasi basic blood indukan di Padepokan Bala6. Anakan yang dihasilkan dari betina indukan peranakan Tangse ini juga sudah menunjukkan potensi kualitas yang menjanjikan sejak masa trotolannya. Dari tetesan 2015 yang sudah tersebar di tangan kicau mania di Jawa, tinggal menunggu pembuktian hasil lapangan di tahun 2016-2017. 

Beberapa Anakan Pasangan TANGSE


Anakan betina DIGDAYA TGS 01
Rencana akan dijadikan Indukan calon jodoh Marsose


Anakan Jantan ring DIGDAYA TGS 07

Anakan betina ring DIGDAYA TGS 08

Anakan betina ring DIGDAYA TGS 06
 Anakan betina DIGDAYA TGS 10


8 comments:

  1. saya punya tangse juga om ....
    tapi sayang kakinya kejepit kandang mandi ...

    ReplyDelete
  2. om harga trotolnya berapa? kalau indent berapa lama?

    ReplyDelete
  3. Hahahaha. Commentnya pak is "haduh". Benar2 pencinta murai

    ReplyDelete
  4. Perbedaan antara murai Tangsel dengan Bahorok apa om??

    ReplyDelete
  5. Alhamdulillah Tangse di 2Putri-PRBN juga sudah beranak pinak, semoga bisa menurunkan anakan kualitas bagus seperti indukannya Amien

    ReplyDelete