Bagi penangkar proses perjodohan Murai Batu adalah titik yang paling krusial sebagai penentu keberhasilan atau kegagalan menangkarkan pasangan murai batu. Murai Batu adalah burung yang bersifat sangat teritorial dan sangat fighter dan suka mengintimidasi lawannya tidak hanya lewat bunyi tapi juga secara bertarung fisik. Yang dimaksud lawannya adalah siapa saja yang masuk kedalam wilayah kekuasaannya. Murai Betina yang sedianya disodorkan kepadanya untuk di kawini bisa dianggap sebagai saingannya dalam menguasai wilayah dan pakan didalam kandang tangkaran. Pada Murai jantan muda hutan karakter peduli teritorial ini bisa bervariasi kadarnya. Ada yang ganas, ada yang toleran dan ada yang cendrung apatis atau cuek.
Murai batu jantan yang ganas sangat digandrungi pemain karena kadang-kadang dikorelasikan dengan karakter fighter yang hebat saat dilombakan. Belum tentu juga demikian sebenarnya berdasarkan pengalaman kami. Sering terjadinya KDRT sampai-sampai betinanya terbunuh adalah karena kurangnya pengenalan breeder akan karakter dan kesiapan fisik masing-masing calon indukan. Kami pernah punya beberapa indukan Jantan yang ternyata sangat nakal dan melakukan KDRT pada si betina walaupun sudah dilakukan prosedur perjodohan yang sangat seksama dan cukup lama. Lumayan juga kehilangan investasi di murai batu betina yang dibunuh oleh si jantan nakal ini.
Salah satu guru dan teman baik kami di jaringan Breeder RING KOMBAT yaitu mas Imam Iswahyudi yang juga seorang Kicau Mania senior pemilik YAQISA BF Harapan Indah Bekasi mempunyai trik yang cukup ampuh sebagai solusi untuk masalah ini. Intinya adalah menyeimbangkan kekuatan jantan dengan betina saat perjodohan sehingga memberi waktu lebih banyak bagi kedua individu ini saling mengenal satu sama lain dan berbagi teritorial dikandang tangkaran (writing tresno jalaran soko kulino). Caranya adalah dengan mengurangi sejumlah bulu sayap si jantan. Bisa dengan cara mencabut atau juga dengan cara mengikatnya dengan benang atau isolasi.
Bisa dilakukan untuk 3 sd 5 bulu sayap yang diikat. Harapannya adalah si jantan tidak bisa mengejar saat berniat untuk menganianya si betina. Efeknya adalah si jantan akan susah terbang, sehingga ada baiknya kita antisipasi dengan menyediakan tangkringan, tempat pakan dan tempat minum di dasar kandang yang mudah di capai tanpa terbang. Setelah beradaptasi maka si jantan dalam beberapa hari kemudian akan mampu terbang lagi dengan kondisi sayap barunya. Setelah kondisi sosial di kandang lebih kondusif dalam artian jantan sudah bisa dan biasa berbagi wilayah dengan betina bisa saja ikatan sayap ini dilepas. Perlakuan khusus yang seperti ini kadangkala bisa berefek negatif kepada MB jantan. Bisa saja dia menjadi dendam kepada perawat/juragannya ditandai dengan suka mematuk tangan ketika si perawat mengganti tempat pakan. Atau bisa saja dendamnya di lampiaskan kepada si betina ketika dia sudah punya kesempatan.
Selamat mencoba.
No comments:
Post a Comment