Tuesday, 2 December 2014

JEBOL KANDANG PASANGAN PRODUKTIF YANG TIDAK BERPRODUKSI DI TEMPAT BARU


Metode jebol kandang pasangan indukan produktif dari peternak top kerap dilakukan oleh peternak murai batu pemula. Pertimbangannya adalah untuk memperkecil resiko kegagalan dengan menggunakan pasangan indukan yang sudah terbukti bisa berproduksi bagus dan menghasilkan anakan yang juga bagus kualitasnya. Hasil yang diharapkan adalah modal bisa cepat kembali dari penjualan anakan yang indukan jebol kandang tersebut. Metode ini sudah banyak yang menerapkan dan cukup sukses dibeberapa kasus seperti harapan awal. Tapi banyak juga yang harus menunggu cukup lama dan bahkan ada yang gagal sehingga pasangan indukan hasil jebol kandang tersebut harus dibongkar untuk ganti pasangan agar bisa produksi lagi. Atau bahkan harus dijual untuk menutup kerugian disertai rasa kecewa yang dalam.

Mengacu pada pengalaman kami sendiri di Padepokan Bala6 dan penuturan beberapa rekan breeder yang lain, kegagalan produksi dari pasangan murai batu yang tadinya produktif bisa ditelusuri dari berbagai sisi. Ayo kita bahas satu-persatu.

  • Nutrisi:
    • Apakah menu makanan yang diterapkan di kandang baru sama dengan menu makanan di kandang lama? Misalnya tadinya makanan utama adalah jangkrik alam/sliring kemudian berubah menjadi jangkrik kalung/genggong. Atau tadinya menggunakan kroto kemudian diganti menjadi diganti menjadi cacing atau ulat hongkong.  
    • Vitamin dan suplemen yang digunakan apakah sama dengan suplemen yang di gunakan di tempat lama.
    • Apabila ternyata setingan pakan dan vitamin serta suplemen tidak berubah, maka yang patut dicurigai adalah status kesehatan, perubahan kondisi lingkungan kandang dan faktor psikologis
  • Fisik:
    • Perlu diperhatikan kesehatan dari pasangan indukan yang beradaptasi dilingkungan baru. Untuk peternak berpengalaman maka cukup melihat tanda-tanda fissik dan prilaku hariannya akan diketahui murai batu yang sakit atau stress. Pemeriksaan sederhana di dokter hewan mengenai komposisi darah putih pada burung akan menjawab secara meyakinkan apakah murai batu tersebut sakit atau sehat
    • Khusus murai batu betina, terkadang berhenti produksi apabila salah satu ekornya lepas. Dia akan mementingkan asupan gizi yang ada untuk melengkapi ekornya dibanding menghasilkan telur. Untuk murai jantan ekor yang jatuh tidak terlalu berpengaruh pada kemampuannya membuahi.
    • Apabila sampai tahap murai betina sudah bertelur dan mengerami tapi telur tidak menetas. Bisa jadi masalahnya berasal pada murai  jantan yang tidak mengawini betina sementara betina sudah pada siklus produksi telur secara rutin.
  • Lingkungan:
    • Biasanya begitu pindah ke lingkungan baru maka perlu waktu untuk adaptasi. Sering terjadi sampai mabung sekali baru bisa beradaptasi dengan sempurna. Lebih sederhana bila kedua indukan mabung bareng. Yang repot adalah begitu sampai salah satu mabung dan yang lain tidak dan begitu yang satu selesai, pasangannya baru mabung. Lumayan bisa buang waktu 6 sd 8 bulan sendiri sebelum mulai produktif lagi.
    • Kondisi lingkungan biasanya sangat berpengaruh pada mood jantan untuk kawin. Jantan yang tidak nyaman dengan kondisi kandangnya cendrung tidak fokus untuk kawin tapi lebih peduli pada teritorialnya. Akibat yang ekstrim bisa terjadi KDRT terhadap pasangan betinanya.
    • Paparan sinar dan panas matahari, kelembaban udara perlu dicek dan direkam sesuai keinginan si jantan. Beberapa kasus yang kami temui ada jantan yang lebih tenang dengan kandang yang temaram dan ada pula jantan yang lebih produktif dikandang dengan cahaya berlimpah.
    • Kelengkapan fasilitas kandang juga ikut menentukan. Seperti: luas dan tinggi kandang, letak tangkringan, letak glodak sarang dan fasilitas kolam tempat mandi akan mendukung minat jantan untuk bereproduksi karena biasanya si jantanlah yang lebih banyak berperan dalam menentukan kelayakan fasilitas untuk betina dan calon anaknya.
  • Psikologis:
    • Murai batu adalah hewan territorial. Gangguan berupa bunyi dari murai batu lain bisa menjadi masalah buat sifatnya yang fighter. Biasanya ditempat baru selain adaptasi secara fisik dan lingkungan baru murai batu jantan juga harus menghadapai tekanan tatanan sosial baru ditempat yang asing. Termasuk menjaga harga dirinya dihadapan pasangan betinanya.  Murai batu saling mengintimidasi lewat kicauannya dan seperti layaknya di hutan habitat aslinya, dalam satu  area kandang penangkaran ternyata ada hierarki sosial juga dan diantara banyak murai yang ada, kita bisa rasakan siapa penguasa wilayahnya.
    • Apalagi kalau sampai dari kandangnya si jantan bisa melihat murai batu jantan lain. Bisa mengacaukan ritme psikologis si jantan dan berpotensi menjadi masalah besar pada keselamatan si betina. 
Jadi solusinya apa? 
Solusinya adalah kesabaran dalam mengamati karakter, prilaku dan kebiasaan murai batu kita. Ingat dalam berusaha itu tidak ada sesuatu yang instan. Ketelitian diperlukan dalam menemukan akar masalah dan problem solving yang tepat. Setiap makhluk hidup butuh adaptasi untuk lingkungannya yang baru. Yang jelas dengan jebol kandang breeder papan atas setidaknya memang jalan pintas untuk mengangkat pamor breeder pemula, tapi harus di ingat bahwa kita berurusan dengan makhluk hidup jadi tetap harus dilengkapi dengan modal kesabaran dan terus menimba ilmu lagi dan lagi.

Pasangan indukan Ring Digdaya hasil jebol kandang. Perlu waktu selama 6 bulan sampai akhirnya si betina mabung dan diganti pasangan jantan baru kemudian berproduksi 6 bulan kemudian, atau hampir 1 tahun kemudian baru menghasilkan sejak dibelinya.


No comments:

Post a Comment