Wednesday, 30 December 2015

TALK SHOW : INDONESIA MORNING SHOW DI NET.TV


Sore hari Minggu, 27 Desember 2015, smartphone made in China saya yang baru berdering, diseberang sana ternyata mas Gungun dari NET.tv berbicara dan meminta kesediaan saya untuk menjadi nara sumber di salah satu segmen acara IMS. Awalnya mas Gungun meminta untuk tampil di acara tersebut pada hari Senin pagi, tapi mengingat saya juga harus mempertimbangkan nara sumber lain yang belum tentu bisa hadir dengan pemberitahuan yang mendadak saya minta waktu untuk memutuskan malamnya.
Yang pertama terlintas dalam pikiran saya untuk diajak adalah om Ari Suprawadi, senior saya di komunitas KicauMania.or.id yang biasa dipanggil sebagai Wak haji Arkum. Kebetulan saya bersama om Sulistio Raharjo memang baru saja pulang dari gelaran lomba kicau silaturahmi yang diadakan oleh komunitas web base  KicauMania.or.id ini di Taman Wiladatikta Cibubur. Lagi pula beberapa bulan lalu  kami bertiga juga sudah 'Team Up" di acara bertajuk HOBI LELAKI di "Late Nite Show" TRANS TV. LATE NIGHT SHOW Jadi sudah tidak susah untuk koordinasi dalam penyampaian Visi dan Misi terkait hoby burung kicauan di Indonesia.
Alhamdulillah om Arkum bersedia tapi untuk di hari Selasanya. Setelah di konfirmasi ke mas Gungun, ternyata kami juga diminta untuk mendisplay setidaknya 6 burung yang menjadi obyek kelangenan kami para kicau mania. Gampang kalau masalah itu sih, PUNAKAWAN BC pimpinan om Sulis punya stock burung kicau jawara aneka rupa yang lebih dari cukup. Masalahnya adalah transportasi, karena Kijang Inova dan Avanza saya sudah keburu digunakan oleh keluarga untuk berpergian keluar kota. Yang ditinggalkan hanya Datsun Panca GO+ hehehehehe. Bukan KOMBAT namanya kalau tidak berani nekat. Akhirnya kebawa juga lho di mobil sekecil itu beberapa kandang burung. masing-masing 1 kandang murai , 1 kandang kacer., 1 kandang kenari dan 1 kandang love bird. Ternyata 4 saja sudah menuh-menuhi frame TV tuh :-)


Alhamdulillah tidak seperti acara yang lebih bernuasa entertainment di TRANS TV, di IMS - NET TV ini walaupun mendapatkan segmen acara yang porsinya lebih singkat waktunya, tapi banyak hal yang ingin kita sampaikan ke pada masyarakat luas bisa lebih jauh dikomunikasikan.
Crew NET TV sangat profesional dan cukup bisa menggali informasi yang kiranya menarik dan berguna untuk di ketahui oleh pemirsa yang menyaksikan acara ini. Salut untuk Marissa Anita & Adrian Maulana sebagai duet Host. Tidak cuma cantik dan ganteng, mereka ternyata juga ramah dan yang pastinya PINTAR.


Untuk video acara ini bisa di klik di Link diatas

Monday, 28 September 2015

REGIONAL TRENDS : WHITE-RUMPED SHAMA


Murai batu ternyata sangat populer di kawasan Asia Tenggara. Murai batu memang burung endemik di kawasan Asia Selatan sampai Asia Tenggara. Indonesia menjadi pemuncak statistik untuk banyaknya orang yang mencari informasi mengenai : White-Rumped Shama (nama internasional untuk burung Murai Batu) disusul dengan Vietnam, Malaysia, Thailand dan Singapore. Tapi bila dilihat dari rasio total populasi (data 2014) maka urutannya jadi bisa sangat berbeda.

Malaysia dengan penduduk 30 juta dengan 567 poin.
Singapura dengan penduduk 5.5 juta dengan 545 poin.
Vietnam dengan penduduk 93 juta dengan 452 poin.
Indonesia dengan penduduk 256.6 juta dengan 395 poin.
Thailand dengan penduduk  67 juta dengan 119 poin.

Bisa sangat dimungkinkan bahwa data diatas bias. Faktor utama adalah penggunaan bahasa Inggris. Faktor signifikan lain adalah aksesibilitas jaringan internet. Karena kedua faktor diatas, maka sementara ini Malaysia dan Singapore dengan penggunaan bahasa Inggris yang lebih umum dan jaringan internet yang lebih mapan mempunyai paparan yang lebih unggul dibandingkan dengan yang ada dinegara Asean lain. Ini karena trend diatas adalah ukuran banyaknya GOOGLE SEARCH terkait dengan : White-Rumped Shama.

Minat dan kebutuhan (demand) akan menggerakkan pasokan (supply). Sebagai negara dengan jumlah penduduk yang mendominasi Asia Tenggara maka Indonesia dan Vietnam menjadi pasar yang sangat potensial untuk perdagangan murai batu baik yang hasil penangkaran maupun hasil hutan. Kebalikan dengan Thailand yang tampaknya akan tetap menjadi pemasok murai batu muda hutan mengingat posisi murai batu yang bukan merupakan klangenan kicau mania yang utama. Sementara Malaysia dan Singapura tampaknya menjadi pasar bagi segmen menengah keatas (kolektor).

Bahwa Indonesia adalah pasar yang paling potensial untuk perdagangan murai batu adalah sebuah validitas yang pasti. Seiring dengan luasan hutan alam yang cepat sekali mengalami penyusutan akibat konversi lahan dan kerusakan sistemik yang ditimbulkan oleh daya dukung iklim yang kian tidak terkendali, maka murai batu mancanegara juga deras memasuki wilayah NKRI. Untuk segmentasi kolektor, maka breeder Malaysia dan Singapore dengan spesialisasi murai batu ekor panjang menjadi trend setter yang produknya mulai ramai masuk ke indonesia dan dibeli oleh kolektor dan breeder lokal. Segmentasi akar rumput dikalangan penghobi baru (pemula) yang didominasi oleh anak muda < 30 tahun, maka murai batu Thailand/Malaysia/Vietnam menjadi pilihan yang terjangkau untuk mengawali hobinya. Untuk harga, murai batu mancanegara ini bersaing dengan murai batu ekor hitam muda hutan asal kepulauan Samudra Indonesia di sekitar Pulau Sumatra.

Sebagaimana layaknya murai batu hutan di Indonesia, maka suatu saat (kemungkinan tahun 2017) maka pasokan murai hutan mancanegara ini diperkirakan akan mulai berkurang. Animo terhadap murai batu yang akan tetap besar di Indonesia apalagi bila nanti disertai dengan daya beli yang makin tinggi seiring pertumbuhan GDP Indonesia akan membawa celah supply & demand yang besar. Satu hal yang perlu menjadi perhatian; mungkin sudah banyak yang tahu bahwa di tahun 2015 Masyarakat Ekonomi Asean mulai diberlakukan. MEA ini adalah pembentukan pasar tunggal yang nantinya memungkinkan satu negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat.

Jadi kira- kira apa yang harus kicau mania Indonesia persiapkan?   

Thursday, 13 August 2015

EL NINO & LA NINA

Indonesia baru memasuki masa transisi dari kemarau ke musim penghujan di November 2015 ini. Pada kondisi cuaca normal, masa pancaroba berawal di September. Masa Pancaroba ini sering di cirikan dengan adanya hujan secara sporadis (tidak merata) dengan intensitas yang tinggi (hujan deras) namun terjadi dengan waktu yang sangat singkat. Kemunduran awal musim hujan ini (1-2 bulan) ini disebabkan oleh munculnya El Nino yang tergolong kuat. 

EL NINO adalah peristiwa memanasnya suhu air permukaan laut di pantai barat Peru – Ekuador (Amerika Selatan yang mengakibatkan gangguan iklim secara global). Biasanya suhu air permukaan laut di daerah tersebut dingin karena adanya up-welling (arus dari dasar laut menuju permukaan). Menurut bahasa setempat El Nino berarti bayi laki-laki karena munculnya di sekitar hari Natal (akhir Desember). Di Indonesia, angin monsun (muson) yang datang dari Asia dan membawa banyak uap air, sebagian besar juga berbelok menuju daerah tekanan rendah di pantai barat Peru – Ekuador. Akibatnya, angin yang menuju Indonesia hanya membawa sedikit uap air sehingga terjadilah musim kemarau yang panjang.

Gilbart Walker adalah ilmuwan yang pertama kali mengemukaan tentang El Nino dan sekarang dikenal dengan Sirkulasi Walker yaitu sirkulasi angin Timur-Barat di atas Perairan Pasifik Tropis. Sirkulasi ini timbul karena perbedaan temperatur di atas perairan yang luas pada daerah tersebut.

Dampak El Nino terhadap kondisi cuaca Indonesia
Fenomena El Nino menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang, tingkat berkurangnya curah hujan ini sangat tergantung dari intensitas El Nino tersebut. Namun karena posisi geografis Indonesia yang dikenal sebagai benua maritim, maka tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El Nino.


Info Grafis BMG yang di lansir oleh media online KOMPAS 


El Nino pernah menimbulkan kekeringan panjang di Indonesia. Curah hujan berkurang dan keadaan bertambah menjadi lebih buruk dengan meluasnya kebakaran hutan dan asap yang ditimbulkannya.

Berdasarkan data historis cuaca dan iklim Indonesia, setelah El Nino  1997 yang merupakan yang terhebat sepanjang yang tercatat terjadi di negeri ini,  terjadi La Nina hingga 3 tahun berturut-turut dengan intensitas lemah. Sebaliknya bila ditarik kebelakang maka pasca El Nino 1973 timbul La Nina yang kuat. 
LA NINA merupakan kebalikan dari El Nino. La Nina menurut bahasa penduduk lokal berarti bayi perempuan. Peristiwa itu dimulai ketika El Nino mulai melemah, dan air laut yang panas di pantai Peru – ekuador kembali bergerak ke arah barat, air laut di tempat itu suhunya kembali seperti semula (dingin), dan upwelling muncul kembali, atau kondisi cuaca menjadi normal kembali. Dengan kata lain, La Nina adalah kondisi cuaca yang normal kembali setelah terjadinya gejala El Nino. Perjalanan air laut yang panas ke arah barat tersebut akhirnya akan sampai ke wilayah Indonesia. Akibatnya, wilayah Indonesia akan berubah menjadi daerah bertekanan rendah (minimum) dan semua angin di sekitar Pasifik Selatan dan Samudra Hindia akan bergerak menuju Indonesia. Angin tersebut banyak membawa uap air sehingga sering terjadi hujan lebat. Penduduk Indonesia diminta untuk waspada jika terjadi La Nina karena mungkin bisa terjadi banjir.

Ketika La Nina kolam panas (bagian laut yang suhunya tinggi) bergerak masuk ke arah Indonesia bagian timur dan demikian juga anginya berhembus lebih kuat ke arah Indonesia sehingga laut di Indonesia timur meningkat suhunya, hal ini diikuti dengan penguapan yang lebih banyak dan terjadi konveksi kuat yang membentuk awan hujan (kumulus), sehingga daerah Indonesia khususnya bagian timur akan curah hujanya di atas normal.

Sebaliknya ketika El Nino kolam panasnya bergerak menjauhi Indonesia sehingga yang banyak hujan ialah di laut Pasifik, sedangkan daerah Indonesia, khususnya bagian timur curah hujanya berkurang. Indonesia mengalami kekeringan. Proses El Nino dan La Nina ini dapat diperlihatkan ada hubunganya dengan aktivitas matahari dan sinar kosmik.

Fenomena La Nina ditandai dengan menurunnya SPL (suhu permukaan laut) di zona Nino 3.4 (anomali negatif) sehingga sering juga disebut sebagai fase dingin. Karena sifatnya yang dingin ini, kedatangannya juga dapat menimbulkan petaka di berbagai kawasan khatulistiwa, termasuk Indonesia. Curah hujan berlebihan yang menyertai kedatangan La Nina dapat menimbulkan banjir dan tanah longsor di berbagai wilayah di Indonesia. Jadi, dua “lakon” di panggung Samudera Pasifik ini sama-sama menakutkan. Yang satu menyebar petaka kekeringan, sementara yang lain memberi ancaman banjir.

Apa dampak fenomena cuaca ini untuk kicau mania umumnya dan breeder murai batu pada khususnya ?

Saat ini di mayoritas wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan . Dari 339 Zona Musim (ZOM) 136 atau 40% lebih diantaranya telah memasuki penghujan di November sedangkan 105 ZOM akan menyusul di Desember, terbanyaknya di Jawa. Desember dan Januari, sebagai puncak musim hujan di Indonesia curah hujan diperkirakan dibawah normal.

Untuk para kicau mania, masa pancaroba adalah masa waspada. Sekali lagi WASPADA karena jangankan momongan dan klangengan kita yang dikandang, kita sendiri pun juragannya rentan terhadap penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan virus. Kuncinya adalah menjaga stamina dengan vitamin, mineral dan gizi yang berkecukupan. Khusus untuk Murai Batu kesayangan maka jangan terlalu sering dibiarkan berada pada ruang terbuka. Full krodong harian lebih aman.

Untuk Breeder, sebenarnya musim hujan adalah masa bulan madu untuk produksi. Karena biasanya kondisi iklim mikro di kandang tangkaran akan menjadi lebih lembab dan suhunya mendekati kondisi habitat alami hutan tropis yang secara naluriah sangat kondusif bagi murai batu untuk berkembang biak. Ayo kita manfaatkan dengan sebaik-baiknya. Karena musim hujan kali ini diperkirakan akan terjadi dibawah normal baik dalam segi intensitas hujannya dan jangka waktu musimnya. 



Prakiraan Musim Kemarau di Indonesia 2015 

Tuesday, 4 August 2015

PESANTREN MB RING DIGDAYA

Ibarat Arsitek, maka seharusnya seorang peternak murai batu akan punya blue print yang berisi angan-angan dan rancangan metode untuk  menghasilkan trotolan yang berkualitas sesuai kriteria yang diyakininya. Mulai dari rancangan kandang tangkaran, penelusuran trah indukan, pengenalan karakter serta sifat-sifat unggulan indukan, kombinasi pasangan jantan-betina yang kiranya berpotensi saling melengkapi dalam memperkuat beberapa kriteria keunggulan tertentu, setingan pakan tiap pasangan indukan, pengaturan iklim mikro kandang tangkaran sampai strategi panen dan inovasi menu gizi dan vitamin untuk pakan lolohan. Cukup panjang perjalanan dan begitu banyak usaha yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa setiap trotolan yang dihasilkan bisa memiliki standar bakat secara fisik dan psikis sehingga layak dipasarkan dengan harga yang pantas.

Padepokan Bala6 Jakarta (PB6) dengan produk murai batu ring digdaya saat ini fokus pada segmen pasar murai batu untuk tujuan lomba. Arena lomba kicau adalah ajang adu gengsi dan ajang adu ketrampilan dari seekor individu burung murai batu. Layaknya atlet saja, maka modal untuk sukses berkarir dan menjadi juara tentunya yang utama adalah didasari oleh bakat yang sudah mengalir dalam genetikanya. Kemudian bakat itu dikenali dan di angkat oleh pemandu bakat yang jeli dan lihai dalam membaca potensi. Modal bakat saja tidak cukup, karena bakat tersebut harus diasah dan dimuliakan oleh program latihan yang terprogram dengan seksama atas dasar pemahaman mengenai karakter masing-masing individu murai batu calon juara lomba kicau. 

Faktor keberuntungan adalah kunci dari kesuksesan. Seorang kicau mania bisa dibilang beruntung apabila  mendapatkan seekor mb bahan berkualitas dan dikemudian hari layak menjadi jawara lomba kicau. Seekor trotolan/bahan mb bisa dibilang beruntung jika mendapatkan seorang juragan yang berpengalaman dan punya metode yang mumpuni dalam  memaksimalkan potensi yang dimiliki si mb bahan tersebut. Tapi tidak banyak ditemukan sinkronisasi keberuntungan yang indah seperti diatas. Seperti sudah sering dibahas sebelumnya. Sebagaimana sebuah bangunan, maka bakat yang dipunyai seekor murai batu ibarat pondasi yang tersembunyi dan hanya menenpati 10-30% dari total bangunan tersebut. Selebihnya, bagaimana bangunan tersebut terbentuk lebih ditentukan oleh kualitas rawatan sang perawat. Jadi proses perawatan seekor murai batu muda belia setelah lepas dari peternak ke sang juragan barunya adalah sebuah perjalanan yang lebih panjang lagi dan menentukan bagaimana nasib si individu murai batu tersebut dimasa dewasanya.

Dalam rangka sinkronisasi keberuntungan yang bertujuan untuk memadukan potensi bakat dengan skill perawat inilah, maka untuk murai batu ring digdaya kami berusaha untuk memberikan jalan masuk bagi para juragan yang tidak punya banyak waktu untuk merawat murai batu yang diangkat dari PB6 dengan cara merekomendasikan beberapa rekanan yang terpercaya akhlak dan skill perawatan murai batunya. Untuk wilayah Jakarta, salah satunya adalah yang dikelola oleh PUNAKAWAN BC Tangerang yang PB6 juga ikut terlibat sebagai salah satu pengurusnya. Sudah berjalan sejak Bulan Juni 2014 dengan beberapa santri mb ring digdaya dan beberapa diantaranya seperti Sendhekolo (Nakula Jr), Denpram (Gurkha Jr), Denjaka (Young Gun Jr), Balthazar (Balrock Jr), Langitan (Tangse jr), ANG04 (Anggada Jr) sudah mulai masuk arena lomba dan beberapa sempat menuai prestasi yang cukup menggembirakan.
 Crew Punakawan BC sedang menggantang MB santri di lomba lokalan.

Diterapkan cara sederhana tapi dengan metode yang tepat dan unik untuk tiap individu santri disesuaikan dengan pengenalan akan karakternya masing-masing.  Dengan cara ini ditargetkan potensi tiap mb bisa tertata dengan seksama. Mulai dari menanamkan kebiasaan harian seperti : jemur, umbar, mandi sampai waktu pemberian pakan yang konsisten porsi menu dan ketepatan waktunya. Sehingga mb muda kan mudah untuk menerima setingan lomba pada saatnya nanti. Untuk pemasteran, berdasarkan kondisi dan tahapan usia maka tiap santri akan masuk ke ruang kelasnya masing-masing secara metodik dan terencana. Ada ruang kelas Cililin, ruang kelas Tengkek, Love Bird, ruang kelas Jangkrik, ruang kelas Balang Krek, ruang kelas kombinasi (Pelatuk, Srindit, Cucak Jenggot, Parkit, Jalak Suren, Kolibri, Siri-siri)  ruang kelas speed (MP3), ruang kelas terapi air dan ruang kelas neraka dimana apabila sudah dirasa siap dan kuat mentalnya maka akan berada di ruangan yang sama dengan murai batu-batu lapangan yang sudah mapan seperti halnya sang mb maestro si Malaikat Subuh. Jadi proses dilakukan secara bertahap sesuai program yang sudah di tetapkan. Pada saat yang tepat dilakukan test dan ujicoba di arena lomba sebagai bahan evaluasi hasil belajar tiap santri.

Walaupun tersedia 3 kandang umbaran sepanjang 7 m, 6 m dan 5 m, pengumbaran dilakukan secara periodik untuk santri-santri yang memang sudah masuk pada usia dan kondisinya yang paling ideal sesuai kurikulumnya masing-masing. Pesantren mb Punakawan SF ini ekslusif saat ini hanya untuk mb ring digdaya saja karena kapasitasnya yang masih terbatas dan semata sebagai fasilitas tambahan untuk para juragan yang tidak punya banyak waktu untuk merawat sendiri mb ring digdaya kesayangannya.

Selain di Punakawan BC, kami merekomendasikan sekolah khusus murai batu yang ini juga ada di UMS (Universitas Murai Solo) yang di asuh oleh om Hardoyo Irwansyah di Pabelan Kartosuro - Jawa Tengah dan Raja Nekat SF di Semplak Bogor - Jawa Barat yang diasuh oleh om Ismu.

Umbaran 6 meter

   Umbaran 7 meter

 Konsistensi Rawatan Harian

Ruang Kelas Cililin 

Ruang Kelas LB

Ruang Kelas Kombinasi


Tuesday, 19 May 2015

MURAI BATU MARIKE

Murai batu Marike sering disebut oleh sebagian maniak murai batu Medan sebagai Kopasus nya murai batu Bahorok. Entahlah apakah memang demikian halnya kenyataan yang memang berlaku dikalangan pemikat murai batu disana, tapi rata-rata murai batu Marike yang saya sempat temui di di Pulau Jawa punya keistimewaan pada volume suaranya yang kencang sekali. Dibandingkan dengan murai batu Bahorok, penampakan murai batu Marike biasanya lebih ramping dengan dengan ekor yang panjangnya sedang.
MB Marike bernama DEWANDARU

Wilayah Marike sendiri bisa dibilang salah satu sub habitat murai batu yang yang tersambung dengan habitat murai batu bahorok. Hutan di Marike masih berada dalam lingkup wilayah hutan konservasi yang dikelola oleh Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser. Wilayah Marike yang masih termasuk dalam administrasi kecamatan Salapian Kabupaten Langkat ini  berada sekitar 75 km jaraknya dari kota Medan. Secara demografis wilayahnya di huni oleh suku Karo walupun berdasarkan Sensus 2007 terdapat lebih banyak orang Jawa yang awalnya mengisi lapangan pekerjaan perkebunan disana sejak zaman Belanda. Hutannya mirip dengan yang ada di wilayah Bahorok dan sebagian besarnya berada disekitar DAS Sei Wampu. Kondisi Sei Wampu sendiri saat ini sudah sangat memprihatinkan, konversi lahan yang pesat dari hutan alam menjadi perkebunan. Jenis hutan tropis di Marike didominasi oleh berbagai jenis Dipterocarpaceae, dan hutan primer tumbuhan campuran dari berbagai famili lainnya. Wilayah Marike merupakan habitat dari mamalia, burung, reptil, ampibi, ikan, dan invertebrata. 

Kawasan ini juga merupakan habitat burung. Diprediksi 36 jenis burung endemik di Sundaland, dapat ditemukan di kawasan ini. Dari 129 spesies mamalia besar dan kecil di seluruh Sumatera, 65% di antaranya berada di kawasan ini. Selain itu potensi Air panas, air terjun, Gua, “ blang “, bentukan alam


Cukup lama Padepokan Bala6 berburu MB Marike untuk di tangkarkan sebagai indukan ring Digdaya. Hanya saja mencari murai batu yang asal usulnya jelas dan bisa diverifikasi adalah sebuah pekerjaan tambahan yang luar biasa menantang. Seperti biasa kami memulai dengan mencari indukan murai batu betinanya dulu. Sebisa mungkin indukan betina adalah mb hasil tangkaran. Akhirnya dari rekan peternak ring KOMBAT di Bogor ada titik terang. Salah satu indukannya adalah pejantan asli Marike yang didapatkan oleh ayahnya yang akademisi di sektor kehutanan berupa tangkapan langsung asli hutan Marike. Walaupun bukan MB lapangan tapi dari pengamatan seksama secara langsung, kami berkesimpulan bahwa mental fighter, postur dan terutama volume suaranya sangat memenuhi kriteria indukan Ring Digdaya. Si Pejantan bernama TERANO ini kebetulan sudah  jodoh dan berproduksi dengan betina ring anakan MB Pasaman. Sejak trotolan anakan betina pasangan ini terpantau punya postur yang bagus dan volume mantap seperti yang diperkirakan sebelumnya. Sesuai dengan teori Criss Cross dimana anak betina mewarisi sebagian besar genetika ayahnya. 


Indukan Galur Murni Trah Jawara (GMTJ) ring digdaya akhirnya lengkap dengan masuknya MB Marike bernama Dewandaru dalam jajaran pejantan indukan di Padepokan Bala6. Semoga pejantan yang sudah kenyang panasnya lomba kicau di Sumatera Utara dan di Jabodetabek ini bisa menghasilkan banyak anakan MB Marike. 

Menjaga ekosistem tumbuhan hutan dengan pohon-pohon kayunya yang besar sebenarnya adalah kunci dari pelestarian satwa asli hutan termasuk burung murai batu. .

Friday, 20 March 2015

PART 1 : TRAH JAWARA, APAKAH ADA PENGARUHNYA?

Urusan makhluk hidup memang besar derajat ketidak pastiannya. Tapi sudah menjadi aturan alam  (sunatullah) bahwa setiap makhluk berusaha meningkatkan kualitas dan kuantitas jenisnya karena didorong oleh naluri untuk bertahan hidup. Inilah yang terjadi secara naluriah dan terjadi lewat seleksi alam dan proses evolusi. Manusia sebagai makhluk utama di bumi juga sama halnya, tapi dengan cakupan yang lebih luas lagi karena melibatkan banyak komponen alam lainnya seperti lingkungan, hewan dan tanaman yang menjadi obyek hajat hidup manusia. Manusia menjadi penentu atas kriteria yang disebut sebagai kualitas unggulan. Jadi manusialah yang melakukukan seleksi atas hewan dan tumbuhan budidaya. Bangsa Babylonia ( 6000 Tahun lalu ), telah menyusun silsilah kuda untuk memperbaiki keturunannya. Bangsa China (beberapa abad SM) telah melakukan seleksi terhadap benih-benih padi untuk mencari sifat unggul tanaman itu. Di Amerika dan Eropa ( ribuan tahun lalu ), orang telah melakukan seleksi dan penyerbukan silang terhadap gandum dan jagung yang asalnya adalah rumput liar.

Sebagaimana halnya Murai Batu, awal mula sekali semua indukan berasal dari tangkapan hutan sebagai habitat asli alam liarnya. Murai batu hutan inilah yang kemudian disebut sebagai "bahan". Bahan ini yang awalnya hanya untuk dinikmati secara pribadi kemudian berkembang menjadi koleksi yang tersegmentasi menurut tujuannya; sebagai murai batu pajangan (collectible item) atau murai batu lapangan (championship item) untuk diadu dengan sesama MB hutan. Dari sinilah kemudian dirumuskan tentang kriteria tentang murai seperti apa yang layak disebut sebagai murai unggulan. "Murai Unggulan" inilah yang kemudian menjadi jawara di lomba kicau. Secara khusus yang disebut UNGGULAN dalam lomba kicau di Indonesia sangat mementingkan kualitas kicauan burung yang meliputi kriteria dasar pada 1. Irama dan materi lagu 2. Volume/karakter suara 3. Durasi kerja/stamina 4. Gaya main.

Menurut saya pribadi, kriteria 1 dan 2 diatas terkait dengan bakat individu dari masing-masing burung. Kekayaan materi lagu didasari oleh tingkat kecerdasannya. Sementara volume serta karakter suara juga sesuatu yang sudah nempel dari sonohnya meminjam istilah orang Jakarte. Sementara durasi dan gaya main lebih banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan tingkat ilmu rawatan sang perawat. Jadi bakat inilah yang menjadi dasar yang menentukan sejauh mana potensi individual MB bisa dimaksimalkan. Karena itulah makanya pejantan unggulan sering dikonotasikan langsung dengan pejantan jawara lomba, karena si jawara ini sudah terbukti mempunyai keunggulan yang terukur dari murai batu lain pesaingnya menurut kriteria yang sudah disepakati secara umum dikalangan lomba kicau. Yang diharapkan dari penangkaran MB jawara ini adalah genetika unggulannya bisa dilestarikan dan diwariskan sebagai bakat terpendam pada keturunannya nanti.

Proses penangkaran yang baik belum tentu hasilnya baik, tetapi setidaknya bisa diharapkan. Sebaliknya jika proses beternak yang sekedarnya, maka akan sangat bergantung pada faktor kebetulan dan keberuntungan saja. Proses berternak yang baik meliputi banyak hal seperti proses seleksi indukan, metode perjodohan,  padu padan karakteristik indukan, fasilitas kandang, pengontrolan lingkungan kandang, setingan pakan, pemilihan supplemen danobat-obatan, tata laksana panen dan pasca panen, proses pembesaran, proses pemasteran dasar serta proses penyortiran kualitas fisik dan mental anakan. Cukup panjang dan berjenjang.

Untuk orientasi penangkaran Murai Batu dengan tujuan pada kualitas lomba kicau, Pacek/Pejantan Jawara/Unggulan biasanya mempunyai kelebihan atau keistimewaan yang menonjol. Dan ini bisa di cek secara kasat mata dengan melihat dari banyaknya piagam penghargaan yang sudah pernah diraih atau langsung memantau kinerjanya diarena lomba. Untuk pemain yang berpengalaman biasanya lebih mengandalkan keahliannya dalam melihat pada katurangga (ciri fisik tertentu). katurangga akan mencerminkan kriteria unggulan pada level volume suara, karakter suara, kecerdasan, gaya main dan mental si MB. Sementara lagu dan materi isian,  dan daya tahan/durasi, kengototan akan terpantau langsung saat MB tersebut in action. Faktor panjang ekor, pola ekor, asal habitat dan kelangkaan adalah sebuah nilai tambah . Jadi secara garis besar kualitas murai batu jawara harusnya lebih baik dari pacek biasa. Hasil anakannya lebih bisa diharapkan mengikuti spesifikasi induknya.

Meskipun demikian tidak ada jaminan bahwa 100% akan menjadi MB Jawara mengikuti bapaknya karena Yang diturunkan oleh ayah, kakek, kakek buyut dan nenek moyang MB bukan KEMENANGANNYA melainkan sifat-sifat dan karakter unggulannya. Perlu dipahami KEMENANGAN itu tidak bisa diturunkan. Tapi genetika jawara yang terkandung pada MB itulah yang membuat perbedaan nilai. Senilai sebuah harapan dalam memastikan bahwa genetika unggul itu tersimpan dan menjadi sebuah potensi untuk dikembangkan oleh juragan yang cermat. Untuk menyederhanakannya, samalah dengan kita tidak bisa terlalu berharap punya anakan MB berekor panjang (epan)dari sepasang indukan MB ekor pendek (epen) walaupun dalam beberapa kasus ada anakan pasangan MB epan keluar anak epen dan ada MB anakan epan dari pasangan indukan MB epen. Tapi penyimpangan tersebut biasanya tidak banyak. Kalau di MB lomba, selain didasari bakat yang berasal dari genetika faktor "skill" sang juragan juga merupakan penentu yang penting.

Karena menurut saya, menang itu adalah ujung dari jalan panjang upaya sang juragan dalam memilih bahan yang bagus untuk dirawat, dilatih dan ditemukan setingan lombanya. Yang jelas juragan yang berpengalaman pasti tidak memilih murai batu bahan dengan asal-asalan saja. Teori bahwa pacek jawara lebih berpeluang menghasilkan anakan jawara dibanding pacek biasa saja, sudah banyak yang membuktikannya sendiri. Makanya banyak penangkar yang memburu MB Jawara yang bagus untuk di tangkarkan walau harganya sangat mahal.

Murai Batu bahan yang kita beli di pasar umum memiliki 2 kemungkinan; anakan dari pacek jawara hutan/tangkaran atau anakan dari pacek biasa. Karena tidak ketahuan trah dan silsilahnya, maka hal seperti ini kita anggap saja sebagai kebetulan sehingga tidak layak dijadikan sebagai bahan untuk diperdebatkan.
Ada orang-orang tertentu yang mampu memprediksi karakter murai batu melalui ciri-ciri fisiknya (bentuk kepala, paruh, leher, body, ekor dan kaki) atau biasa disebut katurangga. Tetap saja buat kalangan level "master" ini, mereka akan lebih memilih murai batu dengan katurangga sesuai kriteria mereka tapi sebisa mungkin yang terpercaya trahnya. 

Buat saya pribadi dalam breeding MB, prinsip utama  yang harus di PEGANG TDK BOLEH KELUAR untuk breeding MB Lomba adalah harus dari trah burung bagus (sebisa mungkin dari trah juara), tidak mesti mantan burung yang juara yang kita ternak karena burung juara belum tentu menghasilkan anak yg juara. Indukan bisa diambil juga dari saudara si Jawara, atau anak betina si Jawara atau cucu jantan si Jawara tersebut.

Menurut DR. Wim Peters, berdasarkan pengalamannya burung yang kinerjanya bagus hanya mampu menurunkan sekitar 10-20 % anak bagus. (www.merpati.org)  

Menggunakan Indukan jawara yang jelas spesifikasinya dan jelas trahnya saja cuma bisa menghasilkan setidaknya 10% anakan yang bagus, bagaimana kalau kita pakai indukan yang tidak jelas spesifikasi dan tidak jelas trahnya? Jadi untuk breeder "Mulailah dengan bibit yang tepat dan ternak dengan metode benar, dan kemungkinan untuk berhasil menurunkan anakan yang berkualitas akan lebih besar".

Buat penghobi dan pemain pemula, mengawali hobi murai batu dengan murai batu hasil ternakan pasti lebih menyenangkan. Memang harga murai batu ring saat ini lebih mahal daripada murai batu hasil tangkapan hutan, tapi setidaknya akan mendapatkan kepuasan lebih  karena secara langsung ikut berperan dalam konservasi alam liar. Dewasa ini sudah banyak bermunculan peternak MB yang serius dan punya konsep berternak yang bagus. Tinggal pilih saja yang sreg di hati dan pas dikantong. Happy Hunting :-)

Monday, 16 March 2015

STUDI KASUS 4 : WAKTU YANG TEPAT UNTUK MULAI DIBAWA KE LOMBA KICAU

Kali ini saya akan membahas mengenai fenomena yang terjadi pada anakan Indukan BALROCK. Bukan pada karakter atau fisiknya, tapi pada kedisiplinan dan komitmen para juragan pemiliknya. Pasalnya pada setiap teman Kicau Mania pecinta murai batu yang datang dan meminang trotolan Ring Digdaya, saya selalu menghimbau agar nantinya sabar menunggu sampai mabung ke 2 dewasa sebelum MB ring Digdaya tersebut dibawa ke arena lomba kicau. Pada kenyataannya mayoritas juragan terutama yang tergolong pemula sudah gatal dan mulai menggantang murai batu tersebut pada usia dini, ABG saja belum yaitu pada usia lepas trotol di kisaran umur 7 - 12 bulan. Buat saya pribadi sebagai breeder jika murai belia alumni Padepokan Bala6 tersebut memang layak meraih piagam prestasi pastinya ikut senang dan bangga. Tapi kalau belum maksimal ya mau bagaimana lagi, memang sudah wajarnya seperti itu.
 Balrock , MB Sabang Bala6 Blorok
Kita sudah sama- sama tahu bahwa untuk mencapai kematangan tertentu pada individu murai batu jantan bisa berbeda-beda waktunya karena dipengaruhi oleh faktor genetis dan faktor lingkungan. Untuk tujuan lomba, beberapa senior player murai batu berpendapat bahwa kesempurnaan performa suara seekor murai batu jantan umumnya terjadi setelah masa mabung ketiganya, atau umurnya memasuki tahun keempat. Pada usia ini volume sudah bulat dan karakter suaranya sudah matang, amunisi lagu isian sudah beragam, dan yang terpenting sudah dewasa secara mental tanding dan naluri teritorialnya. Secara pribadi saya mengamati bahwa gaco asal muda hutan yang dibawa player Sumatera rata-rata punya usia diatas 5 tahun saat dibawa ke even regional dan nasional. Contoh yang paling ketara adalah SI KUSUT dan HAPPY BIRTHDAY yang menurut informasi mulai berprestasi gemilang diusia diatas 5 tahun. Tidak heran kalau jawara-jawara Sumatera punya performance relatif stabil di gantangan dan sangat bisa diandalkan untuk meraih prestasi di tingkat regional dan nasional. Untuk Murai batu Ring saya sangat mengagumi murai batu PUSAKA besutan master Andri Asmari yang sampai saat inipun diusia diatas 10 tahun masih stabil saat digantangkan.


Murai batu PUSAKA jawara asal Parisj van Java 

Kembali ke topik awal, entah kenapa khusus anakan Balrock, para pemiliknya seolah sepakat untuk sabar dan menahan diri sampai murai belia ini selesai mabung dewasa keduanya sebagaimana saran saya. Saya sendiri sebagai breeder pemula sangat bersyukur karena mendapat kesempatan untuk menjadi saksi apabila teori kematangan usia gantang murai batu ini nantinya terbukti atau tidak, dan apabila memang terbukti, seberapa besar persentasi keberhasilannya. Pembuktian yang tentunya memerlukan waktu cukup panjang sampai ke rentang 5 tahun kedepan. Tapi setidaknya sudah ada modal awal dan jumlah sample yang cukup sebagai validitas riset sederhana ini.  Semoga sampai rejeki dan umur kita semua. Aamiin. 

DIGDAYA BAL 02 besutan om Sophian Handiana - Cikarang, Jawa Barat, Mulai Naik gantangan lomba kicau lokal di usia 20 bulan.
 
 DIGDAYA BAL 03 rawatan om Eswar Risaman - Pamulang Tangerang Selatan, Banten


 DIGDAYA BAL 06 harapan om David Wijaya - Bandung, Jawa Barat

DIGDAYA BAL 07 kepunyaan om Effendi  - Surabaya, Jawa Timur 

DIGDAYA BAL 11 klangenan  senior breeder om Soegiyarno, Giek BF - Cepu Blora, Jawa Tengah

DIGDAYA BAL 13 nyantren pada master player Mr. Harjo -  Cipete Tangerang, Banten

Friday, 27 February 2015

ERA MURAI BATU RING TELAH TIBA

Organisasi tertua dan terbesar dalam dunia perburungan Indonesia adalah  PBI (Pelestari Burung Indonesia) yang pada hari Sabtu 17 januari 2015 mengadakan Rapimnas berlokasi di Hotel Plaza semarang yang turut di hadiri Ketua Umum PBI Pusat Mr.Bagiya Rahmadi SH, Mr.Yono Plaza (Ketua PBI Pengda Jateng–DIY), Mr.Hartono Sragen (Penasihat PBI), Mr.Teguh Surabaya (Bidang Organisasi PBI Pusat), Aang Mulyana Bandung (Pengda Jawa Barat), Triatmoko Lumajang (Pengda Jawa Timur), Mr.Wahyu Tangerang (Pengda Jabodetabek), Mr.Fajar, Mr.Haryono, dan Mr.Wahyudi (Pengda Bali), Mr.Samuel serta Mr.Samsul Hadi/ Red Devil (Humas PBI Pusat) serta drh Andre dan Mr.Tharom Semarang (Pengda Jateng–DIY).
Hasil dari Rapimnas tersebut antara lain munculnya gagasan–gagasan sebagai berikut :
  1. Mengkampanyekan burung hasil tangkaran dan memakai Ring mampu berprestasi di gelaran lomba burung berkicau, sehingga bisa menumbuhkan rasa bangga serta bisa memiliki burung yang memakai Ring dan hal tersebut bisa menumbuhkan rasa percaya diri pada para penangkar burung.
  2. Pelatihan dan Pendidikan khusus teknik menangkar burung khususnya Murai Batu dan jenis burung lainnya ditiap daerah atau Pengda.
  3. Pendataan para penangkar khususnya burung Murai Batu, serta memperbanyak minat masyarakat akan menangkar burung Murai Batu
  4. Dalam menyelenggarakan lomba, PBI berkomitmen memakai kelas Utama pada burung Murai Batu Ring dan ganjaran hadiah besar dikelas tersebut.
  5. Memperbanyak sosialisasi budaya menangkar kepada para masyarakat, sehingga bisa memunculkan harapan serta semangat para penangkar untuk terus bersaing dalam menciptakan kualitas hasil tangkarannya tidaklah buruk dari hasil tangkapan dihutan.
Hasil Rapimnas PBI 2015 ini langsung menjadi headline yang menghebohkan dunia perburungan terutama di komunitas hobi Murai Batu khusus lomba. Banyak yang shok dan kecewa terutama dikalangan akar rumput kicau mania tapi ada juga yang senang dan bahagia terutama para peternak dan penggiat konservasi alam liar. Kenapa? karena hoby memeilihara burung bisa dibilang sebagai hobi yang paling populer di masyarakat Indonesia yang merata dari kota sampai pelosok desa sehingga punya nilai sosiologis yang signifikan, semakin booming lagi dengan semaraknya lomba burung di hampir semua provinsi di Indonesia. Disisi lain intensifnya arus degradasi wilayah hutan asli yang terkonversi menjadi lahan perkebunan, pertanian, pertambangan, industrial dan pemukiman menjadi sebab rusaknya ekosistem hutan akibat pembalakan dan kebakaran hutan masif yang mengikutinya terutama di Pulau Sumatra yang sebenarnya merupakan surga keanekaragaman hayati beberapa burung asli endemik Indonesia. Nyata terjadi tekanan yang berat pada penurunan kualitas dan kuantitas habitat alaminya, sementara konservasi ex-situ (diluar habitat) yang terjadi pada jenis Murai Batu misalnya terjadi lebih pada dorongan ekonomi karena potensi nilai ekonomis yang memadai untuk dilakukan. Nilai ekonomis inilah juga yang mendorong eksploitasi Murai batu hutan Sumatra & pulau-pulau sekitar Sumatra menjadi lebih tak terkendali lagi dan menciptakan kelangkaan yang bersifat akut.


Mau tidak mau, suka tidak suka semua kalangan penghobi lomba Murai Batu harus siap dan sejalan dengan politik konservasi PBI ini yang juga tampaknya juga sejalan dan sudah menjadi agenda Even Organizer lomba burung utama lain seperti BnR & Ebod yang hanya akan melombakan Murai Batu Ring hasil penangkaran ex-situ pada saatnya. Iklim yang sangat kondusif bagi para penangkar untuk semakin serius dan terprogram dalam meningkatkan kualitas & kuantitas hasil tangkarannya. Minat menangkar juga sudah mulai merasuki kalangan yang luas : dari yang bermodal besar sampai yang pas-pasan ; dari E/O lomba sampai komunitas hobi Murai batu yang punya ring khusus dengan membentuk jaringan penangkar mereka masing-masing ; dari pemain kawakan dengan track record lapangan yang panjang sampai pemula bersemangat tinggi juga sudah mulai ikut menangkarkan Murai Batu. Sepertinya bakalan ramai ini lomba murai batu ring tahun 2017, E/O tidak usah khawatir akan kekurangan peserta.

Apakah dengan banyaknya penangkaran dan munculnya para penangkar baru maka kedepan harga murai batu tangkaran akan terkoreksi menjadi lebih murah? bila yang di lihat dari sisi penawaran/supply saja maka jawabnya adalah benar akan menjadi semakin murah. Tapi dunia hobi adalah sebuah anomali yang konsisten, karena sifat barang yang sudah menjadi kelangenan, maka orang cenderung membeli jika keluarganya, temannya, tetangganya juga telah membeli atau memiliki, dari sana biasanya muncul komunitas yang spesifik yang militan dimana berlaku genre marketing era social media yang sempurna dan komunitas-komunitas khusus  inilah yang kemudian menjadi generator pertumbuhan minat dan penghobi baru yang berarti konsumen baru, sehingga sisi permintaan akan mengimbangi atau bahkan akan melewati kapasitas penawarannya.  
KOMBAT, Komunitas Murai Batu Black Tail adalah salah satu komunitas di media sosial facebook yang mempelopori penangkaran murai batu dikalangan anggotanya.  

Jadi jangan heran nanti kalau makin banyak peternak malah akan makin banyak yang inden Murai Batu, atau buat pedagangnya akan berlaku semakin banyak yang jualan, semakin  antre panjang orang yang membeli. Yang terjadi adalah untuk supply mengikuti deret hitung  sedangkan demand lebih mendekati kepada deret ukur. Saya pribadi yakin percaya bahwa secara umum harga murai batu makin lama akan makin naik besaran nominalnya.

Tidak sependapat? monggo saja sih, nanti kapan-kapan saya sampaikan detail alasan pendukung pendapat saya diatas.